REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) untuk Indonesia Luis Breuer mengatakan, ekonomi Indonesia memiliki peluang untuk tumbuh 6,5 persen per tahun dalam lima tahun ke depan. Hal itu menjadi salah satu potensi yang dimiliki Indonesia seperti terangkum dalam buku "Realizing Indonesia's Economic Potential".
"Paket reformasi yang dirancang dengan baik bisa meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi menjadi 6,5 persen," kata Breuer yang juga menjadi editor buku tersebut di kantor BI, Kamis (4/10).
Dalam buku yang berisi analisis oleh sejumlah ekonom dalam dan luar negeri tersebut, IMF memberikan sejumlah rekomendasi kebijakan untuk perekonomian Indonesia. Hal itu seperti perlunya membuka sektor ekonomi baru bagi investor swasta dan memperbarui peran perusahaan negara dan anak perusahaannya.
Kemudian, mengangkat kurva imbal hasil bebas risiko yang dapat dijadikan patokan. Selain itu, diperlukan perluasan basis investor domestik untuk pemerintah daerah guna mendukung pengembangan dan pembiayaan investasi serta mengurangi ketergantungan terhadap aliran modal asing.
Breuer juga merekomendasikan pemerintah untuk bisa meningkatkan rasio pajak secara bertahap dan hati-hati. "Saran kami adalah menaikkan rasio pajak dari 10 persen terhadap PDB menjadi 15 persen terhadap PDB," katanya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini berbeda dengan kondisi ketika dilanda krisis moneter pada rentang 1997-1998. Buku yang diluncurkan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) itu mencatat perjalanan ekonomi Indonesia sejak dua dekade lalu.
"Kondisinya sudah sangat berbeda sekarang jika dibandingkan dengan 1997-1998," kata Perry.
Seperti yang diungkapkan Perry, buku itu memberikan penilaian pada reformasi yang dilakukan Indonesia dalam rentang waktu tersebut. Perry menyoroti, beberapa hal yang menarik dari buku tersebut. Pertama, katanya, buku yang dikarang oleh sejumlah ekonom tersebut memberitahu peningkatan ketahanan Indonesia secara signifikan dibandingkan 1997-1998.
Dia mengatakan, dalam buku itu dibahas perjalanan Indonesia menghadapi sejumlah guncangan eksternal seperti krisis finansial global pada 2008 dan Taper Tantrum pada 2013. "Indonesia terus menunjukkan resiliensi karena banyak reformasi yang mendukungnya seperti reformasi perbankan, moneter, fiskal, dan institusional," kata Perry.
Selain itu, buku tersebut juga menunjukkan potensi ekonomi Indonesia yang disebut bisa tumbuh hingga 6,5 persen dalam lima tahun ke depan.
Untuk mencapainya, buku itu memberikan sejumlah saran kebijakan seperti peningkatan rasio pajak dan pembangunan infrastruktur. Selain itu, Indonesia juga disarankan untuk bisa mengambil manfaat dari perkembangan ekonomi dan keuangan digital.