REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Palang Merah Indonesia (PMI) fokus melakukan evakuasi pencarian korban RSUD Anantapura Palu, Sulawesi Tengah. PMI meyakini banyak perawat yang tertimbun reruntuhan bangunan rumah sakit akibat gempa berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang Donggala pada Jumat (28/10) lalu.
“Kurangnya alat berat untuk menghancurkan puing-puing beton, mengakibatkan lamanya proses evakuasi,” kata Kordinator Tim Evakuasi PMI Syamsul Bahri dalam keterangan tertulis pada wartawan, Kamis (4/10).
Syamsul berharap pemerintah terus memperbanyak ketersediaan alat berat untuk mengevakuasi reruntuhan bangunan dan longsoran lumpur. Sebab, berdasarkan informasi yang diterima Posko Penanggulangan Bencana PMI untuk Donggala, Palu, dan Sigi masih ada korban meninggal yang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan rumah sakit tersebut.
Beberapa hari lalu, seorang perawat yang terjebak reruntuhan sempat mengirim pesan bahwa dirinya terjebak di balik reruntuhan bangunan lantai tiga. Namun, karena sulitnya proses evakuasi, diduga perawat tersebut akhirnya meninggal dunia setelah tiga hari bertahan.
Syamsul mengatakan, tim evakuasi PMI butuh waktu cukup lama untuk menemukan jenazah perawat tersebut. Sebab kurangnya peralatan yang memadai, menyulitkan proses pengangkatan jenazah. Pada Kamis ini, tim berhasil mengeluarkan jenazah yang terjebak dalam bongkahan beton.
Menurut rencana, tim evakuasi PMI akan kembali mencari korban yang diduga masih tertimbun lumpur di Petobo Dewi Sartika, Palu Selatan pada Jumat (5/10). Sebab menurut informasi dari pemimpin daerah setempat, sekitar 30 persen dari 8.000an warga desanya belum ditemukan.