Sabtu 06 Oct 2018 06:30 WIB

Mengenal Dokter Mukwege, Peraih Nobel Perdamaian

Mukwege mendirikan rumah sakit korban pemerkosaan di Kongo.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Dokter Mukwege.
Foto: AP
Dokter Mukwege.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Dokter Denis Mukwege menjadi pemenang hadiah Nobel perdamaian pada  2018. Rumah sakit yang ia dirikan di untuk korban pemerkosaan dalam perang begitu riuh. Semua karyawan dan staf Rumah Sakit Panzi di Republik Kongo merayakan pengakuan kerja keras Dr. Mukwege selama ini.

Dr. Neema Rukunghu seorang genekologis dan koordinator medis di Rumah Sakit Panzi selama 10 tahun terakhir mengatakan hadiah Nobel ini tidak hanya pengakuan untuk Dr.Mukwege. Tapi untuk seluruh korban pemerkosaan dalam perang. 

"Pada momen ini kami akhirnya mendapat titik terang pada kekerasan pemerkosaan dalam perang, ini bukan hanya pengakuan terhadap Dr Mukwege, ini pengakuan terhadap begitu banyak perempuan yang telah menderita dan harapannya pada akhirnya nanti kami bisa mengakhir pederitaan ini," kata Dr.Rukunghu, seperti dilansir dari Time, Jumat (5/10).

Bersama Duta Martabat Korban Perdagangan Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Nadia Murad, Dr Mukwege meraih hadiah Nobel atas upaya mereka untuk mengakhiri kekerasan seksual sebagai senjata dalam perang dan konflik bersenjata. Keduanya memperjuangan hak asasi manusia dan perempuan dari latar belakang yang berbeda.

Dr Mukwege seorang dokter genekologi yang menangani korban pemerkosaan. Sementara Nadia seorang penyintas Yazidi yang sempat diculik oleh ISIS dan dijadikan budak seks. Mereka mengkampanyekan kekerasan seksual sebagai salah satu kejahatan perang yang setara dengan penggunaan senjata kimia.

Dr.Mukwege mendirikan Rumah Sakit Panzi pada tahun 1999. Ketika perang sipil yang secara brutal mempermainkan tubuh perempuan. Ia merawat dan mengobati lebih dari 30 ribu pasien korban pemerkosaan sejak rumah sakit itu didirikan.

Dr.Mukwege digambarkan sebagai seorang yang pendiam namun karismatik. Ia sering mengatakan pemerkosaan senjata yang mematikan dibandingkan bom dan peluru. Karena pemerkosaan menyebarkan penyakit, menghancurkan keluar dan keterikatan sosial. Pemerkosaan pun dapat meninggalkan anak yang tak diinginkan.  

Pemerkosaan menjadi taktik perang yang sudah ada selama bertahun-tahun. Tapi baru diakui sebagai kejahatan yang melanggar kemanusiaan pada tahun 1998. Setelah ditemukannya tenda pemerkosaan yang dibuat oleh pasukan Serbia selama Perang Bosnia. Sejak saat itu aktivis seperti Mukwege mengkampanyekan pengakuan pemerkosaan sebagai kejahatan perang.

Sampai saat ini masih banyak pemerkosaan selama perang yang tidak dilaporkan. Alasannya kebanyakan karena rasa malu dan stigma di masyarakat terutama korban pemerkosaan lebih banyak dialami oleh perempuan.

Mukwege mendedikasikan suaranya untuk menjadi komite penasihat di Kampanye Internasional untuk Menghentikan Pemerkosaan dan Kekerasan Gender Di Konflik Bersenjata. Kampanye tersebut telah meningkatkan kepekaan masyarakat internasional atas kejahatan perang tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement