REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Batik Bengkulu tahun ini menjadi tema gelaran Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara 2018. Hal tersebut diharapkan bisa jadi ajang promosi sekaligus memberikan dampak pada perekonomian Bengkulu.
Inisiator dan pembina lkatan Pencinta Batik Nusantara (IPBN) Sapta Nirwandar mengatakan, 'Eksotika Batik Bengkulu' menjadi tema tahun ini untuk menyadarkan masyarakat adanya potensi batik lain. Selama ini, Solo, Yogyakarta, Cirebon dan Pekalongan menjadi wilayah dominan yang terkenal dengan batiknya.
"Tapi ternyata ada satu batik yang sudah lama terpendam, batik ini terinspirasi kaligrafi Arab yang disebut dengan batik besurek," katanya dalam konferensi pers Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara 2018 di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Sabtu (6/10).
Batik besurek itu memiliki makna surat atau menyampaikan informasi. Menurutnya, 10 tahun lalu motif batik besurek sangat sederhana. "Tapi sekarang sangat bagus, tak kalah bersaing dengan batik dari wilayah dominan," ujar dia.
Selain batik besurek, ada juga batik motif kaganga. Ketua Umum IPBN Ayu Dyah Pasha mengatakan, motif kaganga berpotensi punah kalau tidak dilestarikan. Untuk itu, motif batik Bengkulu akan meramaikan malam pemilihan PPBN 2018.
Ia menjelaskan, PPBN 2018 diselenggarakan dengan kerjasama Kementerian Pariwisata RI dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Latar belakang kegiatan ini adalah dalam rangka melestarikan batik Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari Indonesia pada 2009.
Batik menjadi warisan budaya nusantara yang perlu didorong untuk meningkatkan industri batik di tanah air sehingga mampu menjadi produk kreatif yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Ayu melanjutkan, para peserta PPBN harus memasyaratkan batik terutama di generasi muda. "Banyak dari masyarakat kita smpai saat ini belum memahami perbedaan batik printing, batik tulis, batik cap, batik cap tulis dan lainnya," ujar dia.