Ahad 07 Oct 2018 16:23 WIB

Jokowi: Siapapun Presidennya, Nasib tak Berubah tanpa Kerja

Kesejahteraan tak akan tercapai tanpa adanya kerja keras meskipun presidennya ganti.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Melayu Deli saat mengikuti prosesi pemberian gelar adat Melayu Deli, di Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara, Ahad (7/10).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Melayu Deli saat mengikuti prosesi pemberian gelar adat Melayu Deli, di Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara, Ahad (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DELI SERDANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan masyarakat perlu bekerja keras untuk mensejahterakan bangsa serta keluarganya masing-masing. Menurut dia, kesejahteraan tak akan tercapai tanpa adanya kerja keras meskipun presidennya nanti berganti. 

Hal ini disampaikan Presiden saat bersilaturahmi dengan Paguyuban Warga Jawa Sumatera Utara di Deli Serdang, Ahad (7/10). "Jangan berharap siapapun bupati, gubernur, presidennya,” kata Jokowi.

“Kalau kita enggak bekerja keras apakah langsung nasib kita langsung berubah? Semuanya harus bekerja keras mensejahterakan negara ini. Untuk mensejahterakan keluarga kita masing-masing," ujar Jokowi. 

Ia menegaskan, dengan sikap bermalas-malasan tak akan membuat keluarga dan negara sejahtera. Jokowi mengatakan, kerja keras masyarakat akan mendorong kemajuan bangsa. 

Enggak ada. Terus kita males-malesan negara ini bisa sejahtera. Ga ada itu rumusnya itu. Jangan berpikiran seperti itu," tambahnya. 

Jokowi juga mengingatkan di tahun politik ini tak sedikit kabar bohong dan fitnah beredar. Ia pun menyebut dirinya juga merupakan salah satu korban fitnah, yakni adanya tudingan terhadapnya sebagai anggota PKI. 

photo
Infografis Jokowi dan Tuduhan PKI.

Karena itu, Presiden meminta agar masyarakat tak menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Di era keterbukaan informasi ini, lanjutnya, masyarakat dapat dengan mudah mengecek kebenaran isu yang beredar. 

"Ini kalo enggak diluruskan, logika kita jadi hilang gara-gara emosi mendukung seseorang. Ini jalannya terbuka kok. Gampang sekali ngecek," kata dia. 

Ia menilai, penyebaran hoaks tersebut menandakan politik yang tak beretika dan tak memiliki tata krama. Untuk mencegahnya, Jokowi meminta masyarakat agar menyikapi setiap informasi yang diterima dengan arif dan bijaksana. 

"Ini politik yang tidak beretika dan tidak ada tata kramanya. Kita ini orang Timur kok, nilai agama kita dan etika kita tidak membolehkan seperti itu. Jangan kita diadu-adu oleh informasi yang tidak betul," ujarnya. 

Dalam kesempatan ini, Presiden juga mengingatkan masyarakat agar tetap menjaga persatuan di tahun politik. Ia meminta agar perbedaan pilihan politik agar tak memicu perselisihan antarwarga. 

Jokowi yakin, dengan persatuan antarmasyarakat dapat mendorong kemajuan bangsa sehingga bisa siap bersaing dan berkompetisi dengan negara lain. Ia mengingatkan jangan sampai tidak bertegur sapa hanya lantaran pilihan politik. 

“Mau pilih presiden a atau b silakan. Ini pilihan demokrasi. Masak kita lima tahun enggak saling sapa antartetangga antarteman antar kampung. Rugi besar kita ini," ucapnya. 

Baca Juga: Kubu Prabowo Berharap Polisi Usut Kasus Ratna dengan Adil

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement