Senin 08 Oct 2018 06:07 WIB

Korban Likuifaksi Palu Bisa Mencapai 5.000-an

Masih ada 5.000-an orang belum ditemukan di Desa Palarua dan Petobo, Palu.

Rep: Tim Republika/ Red: Elba Damhuri
Alat berat mencari korban yang tertimbun lumpur akibat pencairan (likuifaksi) tanah yang terjadi di Desa Jono Oge, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Alat berat mencari korban yang tertimbun lumpur akibat pencairan (likuifaksi) tanah yang terjadi di Desa Jono Oge, Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (4/10).

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jumlah korban meninggal dunia akibat likuifaksi pascagempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 165 orang meninggal dunia di Balaroa (Kota Palu), 120 orang meninggal di Petobo (Kota Palu), dan dua orang meninggal di Jono Oge (Sigi).

Kendati demikian, ia mengungkapkan, ribuan orang masih dinyatakan hilang. "Menurut laporan kepala Desa Palarua dan Petobo, ada sekitar 5.000 orang yang belum ditemukan, namun masih perlu dikonfirmasi," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Ahad (7/10).

Ia menyebut area terdampak pengangkatan dan amblesan di Balaroa seluas 47,8 hektare. BNPB memperkirakan, bangunan yang rusak di Balaroa mencapai 1.045 unit. Sementara, di Petobo, luas area terdampak likuefaksi mencapai 180 hektare dengan kerusakan bangunan sebanyak 2.050 unit.

Kemudian, di Jono Oge, tim SAR menemukan korban selamat sebanyak 31 orang. Luas area yang terdampak likuefaksi mencapai 202 hektare. Sutopo mengatakan, jumlah perkiraan bangunan rusak sebanyak 366 unit dan kemungkinan rusak 168 unit. Di Jono Oge ini, menurut dia, belum ada alat berat yang dikerahkan.