REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga Kabupaten Garut, Jawa Barat, meminta pemerintah daerah untuk menindak kelompok LGBT di wilayah tersebut. Alasannya, karena mereka mulai terang-terangan di media sosial.
"Pemerintah jangan diam, harus cepat bergerak. Bisa pengaruhi banyak orang kalau tidak segera diatasi," kata Aef Hendi, warga Garut, di Garut, Senin (8/10).
Ia menyatakan prihatin dengan kehadiran kelompok homoseksual secara terbuka di media sosial. Fenomena ini ramai dibicarakan warga Garut, yakni kaum sesuka sesama jenis laki-laki yang sudah berani membuat grup di media sosial Facebook bernama "Gay Garut-Indonesia".
Menurut dia, mereka sudah menggunakan jaringan media sosial di internet untuk menunjukkan dirinya ada dan bisa diterima oleh masyarakat di Garut. "Saya tidak ingin di Garut ini muncul persoalan seperti itu dan memengaruhi banyak orang Garut untuk masuk dalam perbuatan menyimpang seperti itu," katanya.
Mubin, warga lainnya, juga menyatakan prihatin dengan munculnya kelompok penyimpangan seksual secara terbuka di media sosial. Mahasiswa Garut itu khawatir penyakit masyarakat tersebut terus meluas dan memengaruhi banyak orang Garut melalui media sosialnya.
Apalagi, grup media sosial mereka yang tersebar di Garut, kata dia, sudah mengarah khusus homoseksual usia pelajar tingkat SMP dan SMA. "Gay Garut juga sudah 'go public', sekarang enggak malu-malu lagi, atau istilahnya sudah enggak sembunyi-sembunyi," ujarnya.
Ia berharap pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Garut, segera mengatasi persoalan dengan menelusuri pembuat akun media sosial tersebut, kemudian menindak para pelakunya. "Jangan sampai menjadi lebih parah, harus langsung ada tindakan, jangan sampai terlambat bertindak," katanya.
Sementara itu, Ketua Pengawas Pendidikan Garut Soni MS menanggapi prihatin adanya grup media sosial kaum laki-laki yang suka sesama jenis di kalangan pelajar SMP dan SMA. Apalagi, anggota dalam grup Facebook itu, kata dia, jumlahnya sudah mencapai 2.600 orang. "Saya minta sekolah untuk menindaklanjuti masalah fenomena ini, jangan sampai anak didiknya salah dalam bergaul," ujarnya.
Kepala Kepolisian Resor Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan bahwa pihaknya sudah mengetahui informasi tersebut. Pada saat ini sedang dilakukan pendalaman. "Didalami, dilakukan penyelidikan lebih jauh," kata Budi.