REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar Geologi Universitas Gadjah Mada Wahyu Wilopo berharap peta rawan bencana tsunami dan gempa bumi dikemas dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti. Dengan demikian, potensi bencana tidak justru membuat khawatir masyarakat.
Baca Juga:
- Potensi Gempa di Pulau Jawa dan Pentingnya Mitigasi Bencana
- Kerawanan Gempa di Palu-Donggala yang Terletak di 3 Lempeng
- Sudah Siapkan Kita Menghadapi Gempa dan Tsunami
"Untuk penyampaian informasi bencana ini harus dilakukan dengan baik agar tidak menakut-nakuti masyarakat," kata Wahyu Wilopo saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (8/10).
Menurut Wahyu, informasi mengenai potensi bencana pada dasarnya merupakan informasi publik. Artinya, semua masyarakat berhak untuk mendapat informasinya. Dengan demikian, informasi tersebut juga perlu dipasang di ruang-ruang publik.
"Akan lebih baik jika hasil penelitian tersebut juga dipasang di lokasi di mana daerah tersebut mempunyai ancaman bencana yang tinggi seperti rambu-rambu jalan ataupun papan reklame sehingga semua orang tahu," kata Wahyu.
Menurut dia, saat ini Badan Geologi maupun instansi pemerintah lainnya telah melakukan penelitian tentang ancaman bencana di beberapa wilayah Indonesia. Namun, hasil penelitian tersebut belum sampai ke seluruh pemangku kepentingan terkait.
"Atau kemungkinan sudah sampai tetapi tidak dipakai untuk dasar penyusunan tata ruang," kata dia.
Selama ini, menurut dia, karena keterbatasan informasi, banyak pihak, khususnya investor, membangun di suatu wilayah tanpa mengetahui potensi ancaman bencana yang mungkin terjadi di wilayah tersebut. "Selain itu, masih banyak penyusunan tata ruang di daerah yang belum memperhatikan aspek kebencanaan di dalamnya," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar berupaya memetakan wilayah Indonesia yang memiliki potensi kebencanaan tinggi. Pemetaan tersebut dilakukan meski gempa bumi belum bisa diprediksi kapan akan terjadi, di mana dan berapa besar magnitudanya.
"Pada dasarnya dari mulai Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua memiliki potensi kebencanaan, umumnya gempa karena berada pada jalur sesar yang panjang," kata Rudy di Jakarta, Rabu (3/10).