REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam kerap masuk dan menyebar di sebuah kawasan melalui jalur perdagangan. Para saudagar Muslim berdatangan dari negeri asal ke perantauan.
Di sana, mereka membangun keluarga dan komunitas. Masjid menjadi pusat peribadahan yang selalu ramai dikunjungi.
Terkadang masjid juga berdekatan bahkan berada di pusat kota, sehingga memudahkan masyarakat luas mengenal Islam. Pada mulanya mereka bertanya-tanya apa itu Islam. Lambat laun mereka tertarik dan mengimaninya.
Hal ini terjadi di Vientiane, Laos. Sejak dahulu, masyarakat Muslim di sana banyak yang berprofesi sebagai penjual makanan, seperti daging, sehingga mudah mengonsumsi makanan halal.
Hewan ternak disembelih dengan cara Islam.Kehalalannya terjamin. Muslim antusias untuk membelinya untuk konsumsi sehari- hari.
Seperti di negara tetangga--Thailand, Burma, dan Cina--banyak perdagangan di gunung secara tradisional telah dilakukan oleh Muslim Cina dari Yunnan. Mereka juga masuk ke Laos untuk berdagang. Para kafilah perintis ini pernah mengemudikan kereta keledai ke selatan, Luang Prabang dan seterusnya.
Pada akhir abad ke-19 ada kawanan perompak yang menjarah Vientiane. Mereka datang dari daerah That Luang.Target mereka adalah menimbun emas. Terkadang mereka hidup di puncak gunung. Mereka juga menjadi perantara perdagangan antara orang- orang dataran rendah--pesisir dan pegunungan.
Muslim di Laos pada mulanya berkembang di daerah perbukitan. Mereka tumbuh dari desa ke desa. Mereka juga memiliki kerabat di kota yang memasok barang-barang perdagangan.