REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Azhar dikenal secara lokal sebagai "Masjid Kamboja". Letaknya di sudut di Distrik Chantaburi di Vientiane. Komunitas Cham kecil-- hanya berjumlah sekitar dua ratus orang--dan relatif miskin.
The Chams memiliki rasa identitas yang kuat.Mereka telah membangun masjid sendiri. Hampir seluruhnya mengikuti mazhab Syafi'i.
Baca: Islam Masuk ke Laos melalui Jalur Perdagangan
Selain kemiskinan, banyak Muslim Vientiane mengalami trauma karena pengalaman mereka hidup di bawah dan melarikan diri dari Khmer Merah. Sebagian besar berasal dari desa-desa nelayan Muslim di sepanjang tepian Sungai Mekong.
Setelah perebutan kekuasaan Khmer Merah pada 1975, masjid mereka diruntuhkan. Mereka dilarang beribadah atau berbicara dalam bahasa Cham dan banyak yang terpaksa memelihara babi untuk menyembunyikan identitas keislaman.
Mata Musa Abu Bakar, imam tua yang terhormat dari Masjid Kamboja milik Vientian, penuh dengan air mata ketika mengingat kematian hampir seluruh keluarganya karena kelaparan. Bahkan sebagian mereka ada yang terpaksa memakan rumput. Mereka baru bisa makan daging ketika tentara Khmer Merah memaksa mereka memakan potongan daging babi yang jelas haram.
Baca Juga: Pengaruh Moghul dalam Syiar Islam di Laos
Beberapa komunitas Muslim, seperti yang ada di Vientiane, melarikan diri dari Kamboja. Yang lainnya selamat dengan menyembunyikan agama dan identitas etnis mereka. Sebanyak 70 persen meninggal karena kelaparan atau dibunuh dengan sadis.