Selasa 09 Oct 2018 01:15 WIB

Pemerintah akan Bangun Huntara untuk Warga Balaroa Petobo

Balaroa dan Petobo mengalami likuifaksi saat terjadi gempa di Palu.

Red: Nur Aini
Relawan melintas di sekitar Masjid Daarul Mutakin yang terletak di perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (8/10).
Foto: Darmawan / Republika
Relawan melintas di sekitar Masjid Daarul Mutakin yang terletak di perumnas Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah membangun hunian sementara bagi warga di Balaroa dan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah. Lokasi tersebut terdapat ribuan rumah yang hancur akibat likuifaksi atau fenomena pergerakan tanah.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa untuk ribuan rumah yang hancur akibat likuefaksi yang terjadi Balaroa dan Petobo, akan dilakukan relokasi.

"Relokasi perlu dilakukan perencanaan dan persiapan yang matang. Oleh karenanya Pemerintah akan membangun hunian sementara yang ditargetkan rampung dalam dua bulan," kata Basuki Hadimuljono dalam siaran pers, Senin (8/10).

Saat ini dilaporkan sudah ada beberapa lokasi tanah milik pemerintah yang bisa menjadi tempat relokasi penduduk. Namun lokasi tersebut masih akan didiskusikan Kementerian PUPR dengan sejumlah instansi.

Menurut Basuki, sejumlah instansi yang akan diajak diskusi antara lain adalah BMKG, Badan Geologi, dan para pakar mengenai sisi keamanan dari kemungkinan terjadinya gempa bumi kembali pada masa mendatang. "Makin cepat Huntara selesai, makin cepat penduduk bisa pindah dari tenda," kata Menteri PUPR.

Hal ini berbeda dengan penanganan gempa di NTB yang tidak ada relokasi sehingga tidak dibangun hunian sementara. Sedangkan titik-titik lokasi yang akan dibangun Huntara akan disepakati bersama dengan Pemerintah Kota Palu.

Sementara itu, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga menjelaskan dalam masa tanggap darurat, Kementerian PUPR fokus terhadap empat tugas yakni, membantu evakuasi korban bencana, penyediaan air bersih dan sanitasi, pembersihan kota dari puing-puing bangunan, dan penyelesaian masalah konektivitas.

"Untuk konektivitas saat ini jalan jalan sudah mulai terbuka dari mulai lintas barat, lintas tengah, lintas timur, dan perbaikan dua jembatan di jalan nasional, dengan terbukanya konektivitas, bantuan logistik sudah mulai lancar," kata Danis.

Danis menambahkan, dalam menyediakan air bersih dan sanitasi bagi pengungsi, Kementerian PUPR juga telah menyediakan 22 hidran umum berkapasitas masing-masing 2.000 liter yang tersebar di 18 titik.

Untuk pembersihan Kota Palu dan Donggala dan pemulihan akses jalan, Kementerian PUPR telah mengerahkan alat berat yang terdiri atas 26 ekskavator, 12 dump truck, 6 wheel loader, 6 buldozer, 1 unit rock breaker, dan 1 unit backhoe loader.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement