REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Korea Utara (Korut) mengalami kekurangan pasokan makanan. Satu dari lima anak dilaporkan mengalami kekurangan gizi.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan lebih dari 10 juta warga Korut atau hampir 40 persen dari populasi mengalami kurang gizi dan membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Juru bicara WFP Herve Verhoosel mengatakan, WFP yang menyediakan sereal dan biskuit kepada 650 ribu wanita dan anak-anak setiap bulan harus memotong program bantuannya karena kekurangan dana.
WFP dan UNICEF termasuk di antara beberapa badan bantuan yang memiliki akses ke Korut. Korut sempat menderita kelaparan pada pertengahan 1990-an yang menewaskan hingga tiga juta orang.
"Meskipun beberapa perbaikan tahun ini, kebutuhan kemanusiaan di seluruh Korut tetap tinggi dengan ketidakamanan pangan kronis dan kekurangan gizi meluas," kata Verhoosel, Selasa (9/10).
Ia mengatakan, beberapa pemberi dana dan perusahaan, termasuk perusahaan pelayaran, enggan mendanai atau terlibat dalam program bantuan untuk Korut. Meskipun program kemanusiaan dikecualikan dari sanksi yang dijatuhkan Dewan Keamanan PBB pada korut atas program nuklir dan rudalnya.
"Kami tidak dapat menunggu kemajuan politik atau diplomatik untuk mendukung populasi sipil dan pada dasarnya bekerja pada agenda kemanusiaan," katanya.
Amerika Serikat, yang menjadi pemberi dana terbesar WFP, tidak berada di antara pendonor saat ini untuk programnya di Korut. Pendonor WFP juga meliputi Prancis, Swiss, Swedia, Kanada, dan Federasi Rusia.
WFP membutuhkan 15,2 juta dolar AS untuk membiayai programnya selama lima bulan ke depan dan menghindari pemotongan lebih lanjut untuk bantuan makanan.
"Kesulitan pendanaan kritis berarti tahun ini membuat WFP terpaksa meninggalkan 190 ribu anak di taman kanak-kanak tanpa dukungan nutrisi," katanya.