REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, pemberian nama Jak Lingko sudah didasari dengan berbagai riset. Nama Jak Lingko dinilai akan memberikan makna tersendiri bagi program tersebut.
"Nama harus memberikan makna. OK OCE ada maknanya itu adalah One Kecamatan One Center (of Enterpreneurship). Tapi kalau yang trip untuk kemudahan ngomong aja," kata Anies di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (9/10).
Anies mengatakan, pihaknya mulai mencari nama lain untuk program OK Otrip. Berbagai riset dilakukan untuk mengkaji penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa daerah untuk program tersebut.
Pada pertemuan Badan Bahasa 15 September, ia meminta jajarannya mengkaji ulang penggunaan bahasa Indonesia untuk fasilitas-fasilitas umum yang ada di DKI. Beberapa fasilitas diketahui belum memiliki terminologi khusus. "Saya beri contoh TOD (Transit Oriented Development) itu terminologinya ada enggak bahasa Indonesia-nya? itu harus harus dicari," ujar dia.
Baca juga, Habis OK Otrip, Terbitlah Jak Lingko.
Dari hasil pencarian itu, disepakati penggunaan kata 'lingko' untuk program OK Otrip. Lingko diambil dari istilah yang digunakan masyarakat Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyebut sistem pembagian tanah persawahan. Kata 'lingko' juga mirip dengan bahasa Inggris 'link' yang bermakna ketersambungan.
"Harapannya dalam bahasa Inggris mudah ditebak karena link langsung asosiasinya adalah ketersambungan," ujar dia.
Selain perubahan nama, Pemprov DKI juga mengakomodasi aspirasi dari Organda. Ia berharap dengan bergabungnya sebelas operator kendaraan kecil (mikrolet), hal-hal yang masih menjadi perbedaan dapat didiskusikan.