REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Keamanan Inggris Ben Wallace mengatakan Barat tidak boleh meremehkan kemampuan agen intelijen militer Rusia (GRU). Hal itu disampaikannya ketika menghadiri sebuah konferensi keamanan pada Selasa (9/10)
"Sangat mudah untuk menertawakan sebagian dari keterampilan dan kemampuan (agen) GRU yang buruk, tapi kita tidak boleh meremehkan mereka, juga penggunaan agen saraf yang berbahaya dan sembrono di jalan-jalan kita," ujar Wallace.
"Kita juga tidak boleh lupa ada upaya besar yang dilakukan polisi dan MI5 (agen keamanan domestik Britania Raya) untuk menempatkan mereka di tempat pertama, melacak gerakan mereka, dan juga upaya besar yang dilakukan untuk mengembangkan intelijen yang membantu memandu kita ke pintu GRU itu sendiri," kata Wallace.
Saat ini hubungan Rusia dan Inggris memang tak harmonis. Hal itu terjadi sejak adanya aksi penyerangan terhadap agen ganda Rusia Sergei Skripal di Salisbury, Inggris, pada Maret lalu. Skripal dan putrinya, Yulia, diserang menggunakan agen saraf novichok. Namun keduanya berhasil selamat setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Inggris menuding Rusia menjadi dalang penyerangan Skripal. Namun Moskow membantah tuduhan tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan negaranya tidak lagi memiliki senjata kimia, termasuk agen saraf novichok. Semua senjata kimia Rusia, kata Putin, telah dimusnahkan di bawah pengawasan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Namun Inggris mengabaikan bantahan Rusia dan tetap yakin pada pendiriannya. Pada 15 Maret, Inggris akhirnya memutuskan mengusir 23 diplomat Rusia dari negaranya. Mereka diusir karena diduga merupakan agen mata-mata Rusia.
Rusia membalas tindakan Inggris dengan melakukan hal serupa, yakni mengusir 23 diplomat Inggris dari negaranya. Tak hanya itu, Rusia pun menutup lembaga kebudayaan Inggris, yakni British Council, di sana.