REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Nikki Haley sudah mengumumkan kemundurannya sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-bangsa. Ia namun langsung membantah sedang bersiap-siap menghadapi Presiden Donald Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2020.
Saat duduk di samping Trump di Kantor Oval, Haley menggambarkan tugas di PBB yang dijalankannya selama 18 bulan merupakan "kehormatan sepanjang hidup". Ia mengatakan dirinya akan tetap menjalankan jabatan sampai akhir tahun.
Haley, anak imigran dari India, adalah mantan gubernur negara bagian South Carolina. Ia merupakan perempuan paling terkemuka dalam Kabinet Trump dan kerap dianggap berpotensi menjadi calon presiden.
Dalam surat pengunduran diri yang disampaikannya kepada Trump, Haley mengatakan ia pastinya tidak akan maju dalam pencalonan pada 2020 dan akan mendukung Trump untuk terpilih kembali. "Tidak, saya tidak akan mencalonkan diri untuk 2020," katanya kepada para wartawan di Kantor Oval.
Haley mengatakan belum menentukan rencana untuk masa depan. Ia tidak memberikan alasan atas pengunduran dirinya yang mengejutkan.
Namun, Trump mengatakan bahwa Haley telah mengatakan kepadanya enam bulan lalu bahwa duta besar untuk PBB itu sedang mempertimbangkan mundur pada akhir tahun untuk sedikit beristirahat. Kenaikan popularitas Haley yang cepat, dari parlemen negara bagian ke tingkat dunia, menunjukkan bahwa perempuan berusia 46 tahun itu kemungkinan memiliki ambisi politik yang lebih besar.
Haley selama ini menjadi wajah kebijakan yang diusung Trump "America First" di PBB. Ia mengarahkan penarikan AS dari beberapa progaram PBB serta dengan tekun membela kebijakan-kebijakan garis keras Trump terhadap Iran dan Korea Utara menyangkut program nuklir negara-negara itu.
Namun, Haley juga kadang-kadang menjaga jarak dengan Trump. Nama Haley telah muncul sebagai kemungkinan pasangan di partai Republik dalam dua pemilihan presiden terakhir. Ia juga dianggap bisa menduduki jabatan sebagai senator AS jika rekannya dari Partai Republik South Carolina, Lindsey Graham, mendapat jabatan di pemerintahan Trump.
Di kalangan mitra-mitranya di Perserikatan Bangsa-bangsa, Haley dilihat sebagai pejabat yang menyuarakan posisi jelas pemerintahan AS, yang kerap memberikan tanda campur aduk menyangkut kebijakan luar negeri, kata sejumlah diplomat.
Namun dalam beberapa bulan belakangan, kiprah Haley dibayangi terpilihnya pengikut setia Trump, Mike Pompeo, sebagai menteri luar negeri serta pendukung perang John Bolton sebagai penasihat keamanan nasional Gedung Putih. Pompeo telah memimpin kebijakan menyangkut pembicaraan dengan Korea Utara sementara Bolton memimpin upaya menerapkan sikap garis keras Trump terhadap Iran.
Senator Robert Menendez, pemimpin fraksi Partai Demokrat di Komite Hubungan Internasional Senat AS, melihat pengunduran diri Haley itu sebagai tanda kekacauan lainnya pada kebijakan luar negeri Pemerintahan Trump. Haley merupakan sosok penting berikutnya yang meninggalkan pemerintahan Trump setelah menteri luar negeri Rex Tillerson dan kepala pembuat strategi, Steve Bannon.
Trump telah menerima pengunduran diri Haley dan mengatakan ia akan menunjuk pengganti dalam waktu dua atau tingga minggu.