Rabu 10 Oct 2018 15:24 WIB

Sosok Lain Nikki Haley Saat Jadi Dubes AS untuk PBB

Nikki Haley disukai banyak duta besar negara lain.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Mantan duta besar AS untuk PBB Nikki Haley.
Foto: AP Photo/Mary Altaffer
Mantan duta besar AS untuk PBB Nikki Haley.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON -- Nikki Haley yang baru saja mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Duta Besar Amerika Serikat (AS) di PBB, ternyata seseorang yang banyak disukai duta-duta besar negara lain. Padahal sejak Donald Trump menjabat sebagain presiden, AS menjadi negara yang paling banyak berkonflik dengan negara-negara lain.

"Ini mengejutkan, bukan sesuatu yang menyenangkan buat saya secara pribadi," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, Rabu (10/10).

Duta-duta besar yang bergabung dalam Dewan Keamanan PBB sering berkerja sama dengan Haley. Mereka memuji kemampuannya sebagai seorang diplomat. Meski negara-negara mereka, termasuk sekutu AS memiliki masalah dengan kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh pemerintahan Trump.

Walaupun menjabat sebagai diplomat terpenting di AS tapi Haley tidak pernah memiliki pengalaman di bidang diplomatik sebelumnya. Ia mantan gubernur South Carolina. Perempuan yang lahir dari keluarga imigran India itu baru menjadi duta besar pada 27 Januari 2017 lalu.

Tapi tidak butuh waktu lama bagi Haley untuk memastikan seluruh dunia memahami cara kerja AS yang baru di pentas internasional. Kepada seluruh dunia Haley menekankan tujuan utama pemerintahan Trump, yaitu menunjukkan kekuatan mereka, berbicara lantang dalam setiap kesempatan dan membela kepentingan sekutu. Sementara yang menentang Amerika akan dijatuhkan.

Sampai akhirnya ia mengundurkan diri, Haley mempertahankan tujuan pemerintahan Trump tersebut. Tapi kemampuan diplomatiknya juga banyak dipuji. Kemampuannya tersebut diakui oleh 15 duta besar anggota Dewan Keamanan PBB. Nebenzia mengatakan meski memiliki banyak perbedaan tapi ia bisa bekerja sama dengan baik dengan Haley.

"Dia sosok yang karismatik, dia teman kami semua dan di luar pintu Dewan Keamanan kami kelompok yang sangat bersahabat," kata Nebenzia.

Duta Besar Bolivia untuk PBB Sasha Llorentty Soliz juga mengatakan para duta besar di Dewan Keamanan PBB sangat bersahabat. Soliz juga mengatakan para duta besar sangat menyukai Haley.

"Kami seperti keluarga, terkandang seperti keluarga yang tidak akur, tapi di luar itu kami saling peduli satu sama lain dan saya sangat suka Haley," kata Soliz.

Haley memiliki hubungan antarpribadi yang sangat baik dengan duta besar-duta besar lainnya. Tapi hal itu tidak menutup perbedaan tajam dalam sejumlah isu; dari kebijakan AS di Suriah, pengunduran diri AS dari kesepakatan nuklir Iran, kesepakatan iklim Paris, dan perbedaan pendapat di Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Pada Agustus lalu AS menarik dana bantuan ke Agensi PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Keputusan AS memindahkan kedutaan besar untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem juga membuat sejumlah anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB berang.

Llorentty Soliz memisahkan hubungan pribadinya dengan kepentingan Bolivia. Di pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 26 September lalu Soliz menyampaikan kritik keras Presiden Bolivia Evo Morales terhadap sanksi yang diterapkan AS kepada Iran, serta kebijakan imigrasi AS. 

"Ada masalah yang berkaitan dengan PBB di mana kami tidak bisa selalu saling berhadap-hadapan, tapi dengan Nikki hubungannya selalu dekat, saling menghargai dan sangat jujur," kata Duta Desar Swedia untuk PBB, Olof Skoog.

Skoog mengatakan pidato Haley di dewan PBB terkadang terlalu keras. Tapi setelah itu para anggota dewan akan diundang ke apartemennya.

Duta Besar Prancis untuk PBB Francois Delattre yang bertemu Haley ketika masih menjabat sebagai Gubernur South Carolina juga sangat menghargai perempuan berusia 46 tahun tersebut. Menurutnya, Haley membangun hubungan diplomatik berdasarkan kepercayaan.

"Meski kami tidak selalu sepakat dalam semua hal, kami membangun hubungan kerja sama yang sangat dekat dan konstruktif, Nikki Haley salah satu pejabat AS yang paling berbakat, autentik yang pernah saya temui," kata Delattre.

Duduk di samping Donald Trump, Haley mengumumkan pengunduran dirinya, pada Selasa (9/10) waktu setempat. Haley mengatakan ia kelelahan setelah menjabat sebagai gubenur selama enam tahun dan menjadi duta besar di PBB selama dua tahun.

"Saya sudah memberikan semua yang saya punya dalam delapan tahun terakhir, saya pikir saya harus cukup bisa tidak mementingkan diri sendiri untuk melangkah keluar dan membiarkan orang lain melakukan pekerjaan ini," kata Haley.

Dalam surat pengunduran dirinya kepada Trump, Haley mengatakan ia akan bekerja di sektor swasta. Ia mengatakan sebagai seorang pengusaha Trump mengapresiasi langkahnya dari bekerja untuk pemerintah beralih ke sektor swasta.

"Bukan melangkah mundur tapi melangkah maju," kata Haley.

Trump mengatakan ia memiliki lima orang kandidat untuk menggantikan Haley. Kemungkinan besar ia akan mengumumkannya dua atau dua pekan ke depan. Salah satu kandidat terkuatnya ialah Mantan Kepala Penasihat Keamanan Nasional Dina Powell. Trump juga mengatakan ia mendengar nama putrinya Ivanka Trump akan mengisi jabatan tersebut. Tapi ia tidak mau dituduh melakukan nepotisme.

Nama Duta Besar Amerika untuk Jerman Richard Grenel juga masuk dalam kandidat pengganti Haley. Tapi Trump ingin mempertahankannya di Jerman karena menurut Presiden AS ke-45 tersebut Grenel melakukan pekerjaannya dengan baik.

Banyak diplomat yang yakin Haley mempersiapkan diri untuk menjadi calon presiden AS pada 2020 mendatang. Meskipun ia sudah menyangkalnya dan mengatakan akan berkampanye untuk Donald Trump.

"Dia masih muda, dia energik, dia ambisius," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Nebenzia.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement