REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Grup Bank Dunia (World Bank Group) menggandeng pemerintah Jerman dan Inggris memfasilitasi pembiayaan bencana, khususnya mitigasi perubahan iklim lewat Global Risk Financing Facility (GRF). Nilainya mencapai 145 juta dolar AS atau setara Rp 2,2 triliun (kurs dolar AS Rp 15.200).
Dana ini akan disalurkan untuk membantu negara-negara yang rentan terdampak perubahan iklim dan bencana alam. CEO Bank Dunia, Kristalina Georgieva menyebut bencana alam mendorong 26 juta jiwa jatuh ke jurang kemiskinan setiap tahunnya.
"Kita tak mungkin menolak bencana, namun kita bisa membantu negara-negara yang membutuhkan lewat asuransi dan pembiayaan bencana, sehingga lebih banyak orang mendapat bantuan lebih cepat," kata Georgieva di Nusa Dua, Jumat (12/10).
Pembiayaan dan asuransi risiko bencana, kata ekonom asal Bulgaria ini membantu pemerintah yang membutuhkan pendanaan bersifat segera. Dana GRF ini akan digulirkan selama lima tahun ke depan.
Sepanjang 2017, bencana global memicu kerugian hingga 300 miliar dolar AS, tertinggi kedua sepanjang sejarah. Sekretaris Parlemen Jerman, Norbert Barthle menambahkan negara miskin akan semakin miskin, dan negara rentan menanggung seluruh biaya setelah bencana yang berdampak jangka panjang pada prospek pembangunan mereka.
"Fasilitas ini membantu pemerintah mengakses pembiayaan, solusi asuransi, dan respons efektif sebuah negara menghadapi guncangan bencana dan perubahan iklim," kata Barthle.
Sekretaris Negara Inggris Bidang Pembangunan Internasional, Penny Mordaunt mencontohkan gempa bumi di Indonesia baru-baru ini dampaknya sangat merusak. Bencana menjadi semakin ekstrem, menelan lebih banyak korban jiwa, menghilangkan rumah dan pekerjaan, terutama di negara-negara miskin.
"GRF akan memberi bantuan teknis untuk mengembangkan solusi keuangan pembiayaan bencana. The Centre for Global Disaster Protection Inggris juga siap bermitra dengan Bank Dunia terkait dukungan ini," ujarnya.
Baca juga, IFC Jembatani Investor Danai Pembiayaan Bencana