Jumat 12 Oct 2018 16:37 WIB

Jack Ma Ingin Gunakan Sisa Hidupnya dengan Mengajar

Jack Ma menilai pendidikan lebih penting dari teknologi.

Perkembangan dan Inovasi Digital Ekonomi. Pendiri Alibaba Group Jack Ma menjadi nara sumber saat diskusi di sela Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Foto: Republika/ Wihdan
Perkembangan dan Inovasi Digital Ekonomi. Pendiri Alibaba Group Jack Ma menjadi nara sumber saat diskusi di sela Pertemuan Tahunan IMF - Bank Dunia 2018 di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pendiri Alibaba Group Jack Ma mengatakan ingin menggunakan sisa hidupnya untuk mengajar. Jack Ma belum lama ini mengumumkan pengunduran diri dari posisi chairman executive perusahaan perniagaan elektronik Alibaba.

Sebelum memulai Alibaba pada 1999, Ma pernah bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Cina selama beberapa tahun. "(Pendidikan) adalah sesuatu yang bagus saya lakukan untuk sisa hidup saya," kata Ma dalam sebuah sesi diskusi di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Jumat (12/10).

Ma, yang menolak disebut pensiun tetapi hanya rotasi pekerjaan, menilai pendidikan lebih penting daripada teknologi yang menjadi inti dari bisnis Alibaba yang telah digawanginya selama 19 tahun. Dalam 30 tahun ke depan, manusia akan berhadapan dengan dampak  buruk teknologi dan automasi yang mengancam hilangnya lapangan kerja.

Mesin, kata Ma, mampu menggantikan pekerjaan manusia dengan sama baiknya bahkan lebih cepat. Menurut dia, anak-anak perlu diajari untuk jeli melihat peluang dan melakukan inovasi-inovasi yang tidak dapat dilakukan mesin.

Untuk itu, Ma akan lebih fokus pada pendidikan untuk kewirausahaan yang dinilainya adalah motor pertumbuhan ekonomi.

Agustus lalu, pria yang memiliki nama asli Ma Yun itu meluncurkan Netpreneur Prize untuk mendukung pemberdayaan wirausaha Afrika. Hadiah senilai 10 juta dolar AS akan diberikan kepada 100 pengusaha Afrika selama 10 tahun ke depan, yang berfokus pada inovasi, pemberdayaan ekonomi perempuan, serta usaha kecil.

Setahun sebelumnya, Alibaba Business School bekerjasama dengan Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga mengumumkan eFounders Fellowship Initiative, sebuah program untuk melatih 1.000 pengusaha dari negara berkembang, 200 orang diantaranya berasal dari Afrika.

Program tersebut memfasilitasi para pengusaha untuk mempelajari bisnis dan inovasi di kantor pusat Alibaba di Hangzhou, Cina. Kedua inisiatif ini diharapkan dapat membangun ekonomi yang lebih inklusif di Afrika, juga membentuk prospek masa depan masyarakat benua tersebut.

Menurut Ma, orang-orang muda Afrika memiliki semangat potensi kewirausahaan yang besar untuk bisa dikembangkan. "Saya tidak pernah mengajari seseorang menjadi sukses, tetapi akan berbagi tentang kesalahan-kesalahan yang saya buat. Dari kesalahan itu, kita bisa mengambil pelajaran dan membuat kemajuan," kata pebisnis berusia 54 tahun itu.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement