REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IX bakal mengoptimalkan potensi pendapatan dari Kebunan Jolotigo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Selain mendorong hasil produksi perkebunan tanaman teh, badan usaha milik negara (BUMN) ini juga akan mengembangkan potensi di luar hasil perkebunan, yakni berupa wisata agro di kebun Jolotigo.
Manager Kebun Jolotigo, Agung Prasetyo mengungkapkan, luas kebun Jolotigo mencapai 1.151,87 hektare dengan topografi tertinggi berada di 1.250 meter dari permukaan laut (mdpl). "Untuk menghasilkan komoditas teh, kebun ini memiliki pabrik peninggalan zaman Belanda yang berdiri di atas lahan seluas 1.601 meter persegi, dengan kapasitas produksi 1,5 ton the kering per hari," katanya, Kamis (11/10).
Hal ini diamini oleh Asisten Kepala (Askep) Kebun Jolotigo, Sumarjan. Hasil perkebunan teh, hingga saat ini masih menjadi komoditas unggulan dari Kebun Jolotigo. Karena selain tanaman teh, di Kebun Jolotigo ini juga ada komoditas tanaman karet, namun luasannya juga tidak terlalu luas.
Menurutnya, dengan infrastruktur yang ada tersebut, produksi teh dari pabrik di Kebun Jolotigo mampu menyumbang sebanyak 30 persen dari total 1.975474 ton produksi PTPN IX. Sampai dengan bulan September 2018, produksi teh dari Kebun Jolotigo sudah mencapai 453.300 ton dari target produksi sebesar 606.000 ton pada tahun 2018 ini.
"Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar teh regional, jelasnya, produksi pabrik tah Jolotigo ini juga masuk ke pasar luar negeri, seperti negara Malaysia serta Pakistan," ungkapnya.
Agung Prasetyo menambahkan, hamparan tanaman teh di Kebun Jolotigo tidak hanya potensial untuk menopang produksi komoditas teh. Wilayah ini juga layak dikembangkan sebagai obyek agrowisata baru, khususnya pengembangan agrowisata di Puncak Tombo, yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Batang.
Lokasinya juga cukup mendukung, karena hanya berjarak enam kilometer dari Kecamatan Bandar serta 19 kilometer dari jalur utama pantai utara (pantura) di Kecamatan Tulis. Oleh karena itu, pada 2019 nanti holding perusahaannya telah menginvestasikan Rp 2 miliar untuk pengembangan agrowisata di Puncak Tombo berikut fasilitasnya.