REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ketersediaan listrik pascagempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) tak lepas dari kinerja para relawan dari PLN. Setidaknya ada 1.300 relawan PLN yang membantu memulihkan listrik di Sulteng. Kopi gratis dari masyarakat menjadi salah satu penyemangat mereka dalam bekerja.
"Ada yang megucapkan terima kasih, itu pasti. Tapi yang menarik, ada yang menulis 'kopi gratis untuk relawan PLN'. Itu membuat kawan-kawan tambah semangat menjalankan tugas ini," ungkap Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN, Syamsul Huda, kepada Republika di Palu, Sulteng, Sabtu (13/10).
Huda menjelaskan, relawan PLN datang secara bertahap ke wilayah Sulteng untuk membantu memulihkan aliran listrik yang sempat mati total pascabencana. Dari awalnya hanya 125 orang relawan, lalu bertambah hingga mencapai sekitar 1.300 orang relawan yang datang dari berbagai daerah.
"Sekitar 700-an dari regional Sulawesi. Selebihnya dari regional lain. Itu membantu sekali (dalam memulihkan listrik di Sulteng)," jelasnya.
Anak-anak tertawa mendengarkan kisah dari relawan PLN.
Setibanya para relawan di Sulteng, mereka langsung diberi tahu, mereka datang untuk menjalani tugas kemanusiaan. Mereka ditugaskan untuk membantu memulihkan listrik saudara-saudara di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi, dan daerah terdampak bencana lainnya.
Sejak kedatangan mereka, listrik di Sulteng berangsur pulih. Pada H+10 pascabencana, seluruh gardu induk dan penyulang berhasil dipulihkan. Saat ini, perbaikan terhadap 2.161 gardu distribusi sudah mencapai 88,8 persen. Ditargetkan semuanya dapat pulih pada pekan depan.
"Bantuan dari relawan ini luar biasa. Mereka kerja siang-malam dengan keterbatasan yang ada, tempat tidur seadanya, makan seadanya, terus kemudian mandi juga seadanya. Itu kerjanya luar biasa," terang dia.
Selain upaya teknis, lanjut Huda, PLN juga melakukan upaya nonteknis melalui dua kategori, yakni melalui program CSR dan Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN. Kategori pertama, total dana yang dikeluarkan PLN untuk program CSR mereka senilai lebih Rp 4,026 miliar Dana tersebut digunakan untuk berbagai keperluan pengungsi.
Untuk kategori yang kedua, yakni bantuan melalui YBM PLN, dana yang dipakai untuk membantu para korban dan pengungsi di Sulteng bersumber dari zakat profesi pegawai PLN. Zakat profesi tersebut dibayarkan setiap bulannya oleh pegawai yang beragama muslim.
Dana yang digunakan YBM PLN untuk membantu pengungsi di Sulteng terdiri dari empat kategori. Kategori itu terdiri dari dana untuk medis sebesar Rp 850 juta, dana untuk logistik sebesar Rp 2 miliar, dana untuk operasional dan komunikasi sebesar Rp 42 juta, serta dana untuk dapur umum sebesar Rp 500 juta.
"Mudah-mudahan ini bisa mmbantu masyarakat Palu untuk bisa bangkit. Jangan terlalu lama kita terpuruk. Tidak bagus jika kita berduka terlalu lama," terangnya.
Sebagai salah satu dewan pembina di YBM PLN, ia mengapresiasi yang telah pengurus YBM PLN laksanakan. Ia pun berharap sebagian pegawai yang belum menjadi muzakki, sebutan untuk pembayar zakat, nantinya bisa menjadi muzakki.
"Sehingga bisa lebih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk kegiatan-kegiatan sosial. Tentu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada di persoalan zakat ini," kata dia.