REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menyatakan setiap tim kampanye seharusnya memahami bahwa kampus memang netral dari aktivitas politik praktis. Dengan demikian, ia mengatakan, kampus harus bersih dan bebas (clear and clean) dari kampanye politik.
"Pak Sudirman Said harus paham bahwa saat ini sudah masuk masa kampanye. Jadi jangan bawa kampus untuk kampanye terselubung," kata Hasto dalam keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Sabtu (13/10).
Menurut dia, sebagai tokoh seharusnya memahami aturan tersebut karena marwah kampus dengan kebebasan akademiknya wajib kita hormati. "Terlebih mahasiswa, di mana proses kepemimpinan nasionalpun datang dari dunia kampus," kata Alumni Teknik Kimia UGM tahun 1991 ini.
Hal ini diungkapkan Hasto terkait pernyataan Sudirman Said setelah gagal menjadi pembicara seminar di Fakultas Peternakan UGM yang direncanakan Jumat (12/10). Sudirman Said menyatakan para panitia didatangi oleh intel aparat keamanan dan diancam DO (drop out).
Baca Juga: Jelang Pilpres, Rektor dan Perguruan Tinggi Harus Netral
Atas dasar hal itu, Hasto menilai kehadiran Sudirman Said memang terlalu dini, seperi kampanye awal yang dipaksakan. "Sabar saja, sebagai alumni UGM saya paham, pasti akan ada undangan resmi bagi pasangan calon atau tim kampanye untuk menyampaikan visi-misinya," kata dia.
Terlebih, ia mengatakan, UGM sangat berkompeten untuk melihat secara komprehensif terhadap seluruh visi-misi dan agenda strategis pasangan calon nomor urut 1 Jokowi-Ma'ruf dan nomor urut 2 Prabowo-Sandiaga. "Sebab, UGM percaya, visi-misi tersebut berkaitan dengan masa depan bangsa," tutur Sekjen PDI Perjuangan ini.
Dia juga menyatakan klaim Sudirman Said seolah dizalimi juga tidak tepat, terlebih dengan menyampaikan ada ancaman DO. "Ini jaman now. Mana ada yang main kayu dengan ancaman DO? Terlebih, UGM yang dikenal sebagai universitas perjuangan," ucapnya.
Baca Juga: Bawaslu Awasi Paslon Pilpres yang Datangi Lembaga Pendidikan
Hasto menilai pernyataan tersebut justru telah merendahkan martabat UGM yang dikenal sangat menjunjung tinggi tradisi demokrasi Pancasila. Hasto mengatakan saat ini mana ada mahasiswa yang takut ditekan, apalagi UGM didirikan ditengah kancah perjuangan revolusi perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagaimana tertulis di statuta kampus ini.