Ahad 14 Oct 2018 17:22 WIB

BNPB: Akses Jalan Mandailing Natal Sudah Bisa Ditembus

Evakuasi dan penanganan darurat bencana banjir dan tanah longsor terus dilakukan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Beberapa warga berada di antara kayu yang terbawa arus sungai pascabanjir bandang yang terjadi, di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal, Sumatra Utara, Sabtu (13/10). Banjir bandang yang terjadi pada Jumat (12/10) melanda sembilan kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal.
Foto: ANTARA FOTO/Holik Mandailing
Beberapa warga berada di antara kayu yang terbawa arus sungai pascabanjir bandang yang terjadi, di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal, Sumatra Utara, Sabtu (13/10). Banjir bandang yang terjadi pada Jumat (12/10) melanda sembilan kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa 11 titik longsor yang awalnya menutup beberapa ruas jalan di Mandailing Natal sudah dapat diatasi. Sehingga akses jalan yang menutup Mandailing Natal kini telah dapat ditembus.

"Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan tertulis, Ahad (14/10).

Sutopo menyampaikan, BPBD Mandailing Natal bersama BPBD Provinsi Sumatera Utara, TNI, Polri, SAR Daerah, SKPD, PMI, dan relawan terus melakukan evakuasi dan menangani darurat bencana. Bantuan pun, kata dia, terus disalurkan kepada korban dan masyarakat terdampak. Evakuasi yang dilakukan tim SAR gabungan bersama relawan dan masyarakat telah menemukan 17 korban meninggal yang terdiri dari 12 orang anak sekolah di Kecamatan Ulu Pungkut, 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis, dan 2 orang yang kecelakaan mobil masuk ke Sungai Aek Batang Gadis saat banjir.

"12 anak yang sekolah sore di Kecamatan Ulu Pungkut meninggal dunia dan 17 anak berhasil diselamatkan. Semua korban adalah anak-anak berusia di bawah 12 tahun," terang Sutopo.

Dia menyatakan, dari 17 anak yang selamat 7 anak diantaranya luka-luka dan dirawat di Puskesmas setempat. Selain itu 2 orang guru juga ditemukan selamat. Korban selamat ditemukan di bawah reruntuhan bangunan dan sebagian terseret oleh banjir bandang. Banjir bandang juga menyebabkan 12 rumah hanyut dan rusak total, 9 rumah rusak berat dan 3 bangunan fasilitas umum rusak berat di Desa Muara Saladi.

Sementara itu, evakuasi dan penanganan darurat bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di luar Mandailing Natal juga terus dilakukan BPBD bersama aparat setempat. Di Kota Sibolga, 4 korban longsor sudah dimakamkan. Di Tanah Datar korban tercatat menjadi 5 orang meninggal dunia, 1 orang hilang dan 1 orang berhasil diselamatkan. Evakuasi akan dilanjutkan besok pagi. Sedangkan di Padang Pariaman ditemukan 3 orang meninggal dunia dan Pasaman Barat 1 orang meninggal dunia.

Saat ini, masyarakat masih banyak yang mengungsi di kerabatnya. Hingga Sabtu (13/10) malam, kata Sutopo, tidak lagi ada laporan kelurga yang merasa kehilangan anggota keluarganya di 11 kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal yang mengalami banjir bandang, banjir dan longsor. Kendati begitu, penanganan darurat masih dilakukan dan Bupati telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor di Kab Mandailing Natal Sumatera Utara selama 7 hari terhitung sejak tanggal 12 hingga 18 Oktober 2018.

"Untuk daerah di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat sudah memasuki musim transisi ke musim hujan. Hujan dengan intensitas deras berpotensi terjadi sehingga dapat berpotensi menimbulkan banjir dan tanah longsor. Pemda dan masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir dan longsor," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement