Senin 15 Oct 2018 12:47 WIB

Dancing in the Rain, Kisah Haru Penyandang Autisme

Sesuai judulnya, visual dari film ini sangat identik dengan hujan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Film Dancing in the Rain
Foto: dok Screenplay Films
Film Dancing in the Rain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyu adalah penyandang autisme. Sejak kecil, dia hanya tinggal bersama neneknya, Eyang Uti. Masalah muncul ketika bocah lelaki itu memasuki usia sekolah. Banyu kesulitan berinteraksi dengan lingkungan dan kerap dikucilkan.

Suatu ketika, muncul Radin yang membela Banyu saat dikeroyok anak-anak seusia mereka. Secara tak sengaja, mereka pun berkenalan dengan gadis bernama Kinara yang menjadi akrab dengan keduanya.

Sejak itu, mereka bertiga bersahabat sampai beranjak dewasa. Bahkan, benih cinta telah tumbuh antara Radin dan Kinara. Namun, berbagai masalah muncul membayangi persahabatan mereka.

Akankan jalinan indah yang diperjuangkan dengan ketulusan, tawa, dan air mata itu dapat terus bertahan? Ataukah persahabatan Banyu, Radin, dan Kinara justru berakhir karena keegoisan?

Kisah haru Banyu sang penyandang autisme bisa disimak dalam film Dancing in the Rain yang mulai tayang 18 Oktober 2018. Sesuai judulnya, visual dari film ini sangat identik dengan hujan.

Awal sinema berdurasi 101 menit menampilkan Banyu dewasa tengah kalut di bawah deras hujan. Selanjutnya, ada kilas balik hari pertama Banyu kecil bersekolah, diantar Eyang Uti di suatu hari berhujan.

Sinema untuk penonton semua umur ini dihadirkan oleh Screenplay Films dan Legacy Pictures. Selain tema utama yang menyentuh hati, daya tarik film juga terletak pada akting mumpuni para pemerannya.

Tokoh Banyu dewasa (Dimas Anggara) maupun Banyu kecil (Gilang Olivier) amat menjiwai sebagai penyandang autisme. Ketabahan Eyang Uti pun tampak nyata pada layar, berkat akting ciamik aktris senior Christine Hakim.

Begitu juga totalitas Deva Mahenra dan Bunga Zainal sebagai Radin dan Kinara dewasa. Film arahan sutradara Rudy Aryanto ini turut dibintangi Niniek L Karim, Djenar Maesa Ayu, Joshua Rundengan, dan Greesella Adhalia.

Kekurangannya, penyelesaian konflik dalam plot seolah 'jalan pintas' yang terlalu dipaksakan. Namun, Dancing in the Rain patut diapresiasi karena pilihan topiknya yang sekaligus mengedukasi penikmat film mengenai kehidupan anak berkebutuhan khusus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement