REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Dimas Anggara perdana berperan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dalam film Dancing in the Rain, dia memerankan Banyu, seorang penyandang autisme.
"Melalui karakter Banyu, saya mendapat pembelajaran tersendiri. Ini sebuah peran luar biasa dan saya bersyukur bisa terlibat di film ini," ujar suami dari aktris Nadine Chandrawinata itu.
Dimas butuh tiga bulan membiasakan diri sebagai tokoh Banyu. Ada berbagai gestur yang dia lakoni dalam kegiatan sehari-hari, seperti melakukan gerakan berulang atau tidak melihat mata lawan bicara saat berbincang.
Pria 30 tahun kelahiran Jakarta itu melakukan pengamatan sendiri terhadap sosok penyandang autisme. Selama proses syuting, ada psikolog yang mendampingi sehingga gestur yang ditampilkan bisa akurat.
Dia bercerita, sempat meminta Screenplay Films untuk memainkan karakter berbeda. Pemeran dan model berdarah Kebumen-Batak itu tidak menyangka, Screenplay dan penulis skenario Tisa TS segera mengakomodir keinginannya dengan menghadirkan film Dancing in the Rain.
"Saat dipanggil dan baca skenarionya, sesuai banget dengan apa yang saya mau. Sempat tegang karena tentu nggak mudah, sebuah tanggung jawab besar, tapi saya yakin melakukan ini," ungkapnya.
Keyakinan Dimas terbukti lewat akting totalnya sebagai Banyu. Pada film arahan sutradara Rudy Aryanto yang rilis pada 18 Oktober 2018 itu, Dimas seolah bertransformasi sebagai penyandang autisme.
Penonton akan terbawa haru melihat perjuangan dan pengorbanan sosok Banyu, juga tertawa dengan tingkah konyolnya. Cemas saat sang tokoh utama mengalami ledakan emosi alias tantrum, hingga akhirnya memahami bahwa berbeda bukan berarti tidak bisa diterima.