REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah masih melemah. Bahkan bertahan di level Rp 15.200 per dolar AS.
Melihat hal itu, sejumlah pengusaha melakukan aksi tukar uang dolar AS ke rupiah. Pengusaha Dato Sri Tahir, misalnya, baru saja menukar simpanan dolarnya ke mata uang rupiah. Jumlah dolar yang ditukarkan nilanya setara dengan Rp 2 triliun.
Ekonom Institute Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, gerakan tersebut bagus. Hanya saja faktor eksternalnya masih lebih dominan sehingga kurs rupiah masih tertekan.
"Tertekannya rupiah masih terkait dengan ketidakpastian perang dagang, harga minyak, dan minimnya sentimen positif dari domestik," ujar Eko kepada Republika, Senin (15/10).
Menurutnya, surplus perdagangan yang baru saja diumumkan ditambah lancarnya pelaksanaan Annual Meeting IMF-World Bank belum cukup mendorong minat investor portofolio masuk ke pasar keuangan domestik.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan, efek aksi tukar dolar oleh pengusaha tetap ada. Meski, tidak signifikan dalam membantu peningkatan kurs rupiah.
"Misalnya ada pengusaha yang menukar Rp 2 triliun. Maka nilainya setara dengan 131,5 juta dolar AS dengan asumsi kurs Rp 15.200 per dolar AS," ujar Bhima saat dihubungi Republika.
Jumlah tersebut, kata dia, masih kecil bila dibandingkan devisa hasil ekspor (DHE) yang masih berbentuk dolar. "DHE per Juni 2018, senilai 69,88 miliar dolar AS. Artinya 131,5 juta dolar AS itu setara 0,18 persen dari total DHE," jelasnya.
Sebagai informasi, hari ini rupiah kembali ditutup melemah. Pelemahannya sebesar 24 poin atau 0,15 persen di level Rp 15.220 per dolar AS.