REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW memuji delima sebagai penyembuh bagi tubuh. Dalam surah al-An’am ayat ke-99, Allah menyebut buah delima, setelah zaitun, anggur, dan kurma, dan berpesan bahwa “Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” Demikian pula pada surah al-An’am ayat 141.
Bahkan, dalam surah ar-Rahman ayat 68, Allah mengungkapkan bahwa delima adalah salah satu dari buah-buahan di surga. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” begitu bunyi peringatan Allah berkali-kali dalam surah yang teramat indah itu.
Sejak ribuan tahun lalu, manusia sudah menikmati delima baik sebagai makanan maupun obat. Buah ini diperkirakan berasal dari Asia Barat dan menyebar ke wilayah sekitar.
Hebron yang kini menjadi bagian dari Israel masyhur dengan delima yang sudah ditanam sejak zaman Nabi Musa. Mesir, Yunani kuno, dan Romawi adalah peradaban yang dikenal memanen buah ini.
Sejumlah temuan arkeologis menemukan sisa tanaman delima, seperti biji dan kulitnya di sekitar Siprus, Israel, Irak, Yordania, Lebanon, Palestina, Suriah, dan Turki. Benda itu diperkirakan sudah ada sejak 3.000 tahun sebelum masehi (DT Potts: 2012).
Masih di daerah yang sama, penelitian arkeologis juga menemukan artefak buah delima yang diperkirakan menjadi bagian Kuil Sulaiman. Pilar Kuil itu juga digambarkan berhias buah delima pada bagian atasnya.
Masyarakat Hyksos di daerah Tell el-Dab'a sekitar sungai Nil Mesir juga mengembangkan tanaman delima. Setelah memanennya, mereka menjual hasil bumi ini ke pasar dalam negeri.
Sebagian lainnya diekspor ke wilayah lain melalui perairan. Penjualan ini meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, sekaligus menjadikan area tadi terkenal dengan hasil pertanian yang subur.
Buah ini digambarkan dalam hieroglif dinding kuburan Fir’aun, seperti Thutmosis. Delima menjadi buah primadona masyarakat Mesir. Pohonnya menjadi hiasan pekarangan mereka pada 1.600 sebelum masehi. Buahnya menjadi santapan bangsawan istana yang hidup penuh kenikmatan.
Romawi juga menanam dan memanen tanaman ini. Dahannya menjadi hiasan kepala pengantin wanita sebagai simbol kesuburan dan menunjukkan status pernikahan. Zoroaster juga menggunakan delima sebagai simbol kehidupan sesudah mati.
Pasukan Sparta yang dipimpin Xerxes (511-465 SM) digambarkan membawa tombak dan delima ketika menginvasi Yunani pada 480 sebelum masehi.
Mereka adalah tentara yang ditakuti di zamannya. Meski berjumlah terbatas, pasukan Xerxes tangguh dan mampu menghadapi militer Persia yang berhasil menjajah banyak kawasan.
Buah ini juga disebutkan dalam mitologi Yunani dan digambarkan dalam sejumlah karya seniman Barat. Lukisan itu menampakkan Persephone memegang delima pemberian Hades.
Terkait penamaan, dapat ditelusuri dalam sejarah dengan memerhatikan terminologi ilmiahnya, Punica granatum. Punica merupakan istilah yang dipakai bangsa Romawi Kuno untuk menyebut penduduk Fenisia (bahasa Inggris: Phoenicia)di pesisir Afrika Utara. Fenisia memiliki ibu kota Kartago, kini wilayah negara Tunisia. Masyarakat Roma menyebut delima sebagai malum punicum, “apel Punic”, karena buah itu didatangkan dari sana.
Dalam keilmuan taksonomi, genus punica terbilang istimewa karena hanya terdiri atas dua spesies, yakni protopunica dan delima. Protopunica adalah leluhur genus tersebut dan tergolong endemik karena hanya ditemukan di Pulau Saqatra, sekitar Yaman Selatan.
Adapun istilah granatum merupakan bentuk jamak dari kata bahasa Latin granum yang artinya ‘biji-bijian’ (bahasa Inggris: grain). Ed Stover dan Eric W Mercuredalam artikelnya, “The Pomegranate: A New Look at the Fruit of Paradise”, mencontohkan, masyarakat Amerika Serikat sampai kini masih menyebut delima sebagai seedy apple, ‘apel yang berbiji banyak.’
Dalam bahasa Prancis, terjemahan delima adalah grenade, sehingga tidak beda daripada granat tangan (bahasa Inggris: grenade). Buah tersebut memang menyerupai bentuk granat.
Dalam bahasa Spanyol, delima adalah granada, yang mengingatkan kita pada salah satu pusat kosmopolitan di Andalusia, kota Granada. Di sanalah lokasi istana Alhambra, yang tercatat sebagai situs warisan dunia versi UNESCO. Penyebutan delima dalam bahasa Spanyol mungkin karena Granada sebagai sentra perniagaan dibanjiri pelbagai komoditas, termasuk buah tersebut.
Sebuah teori juga menyebut bahwa buah yang kaya serat ini berasal dari daerah Persia (Iran) ribuan tahun silam. Di sana, namanya lebih dikenal sebagai anar. Bangsa Iran telah membuat kebun-kebun delima setidak-tidaknya sejak 3.000 tahun SM.