Rabu 17 Oct 2018 00:03 WIB

Kemarau, Petani di Sukabumi Diimbau tak Jual Beras ke Luar

Kebutuhan beras warga Sukabumi hanya sebanyak 20 ribu ton per bulan.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Petani menjemur padi secara tradisional di wilayah adat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Foto: Republika/Edi Yusuf
Petani menjemur padi secara tradisional di wilayah adat Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Musim kemarau di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat berdampak pada menurunnya produksi padi. Dampaknya stok pangan hanya mengalami kelebihan sedikit dibandingkan kebutuhan masyarakat.

"Produksi pangan terutama beras memang tipis kelebihannya karena terdampak kemarau,’’ ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi, Sudrajat kepada Republika.co.id, Selasa (16/10). Sebabnya angka tanam pada tiga bulan yakni September, Oktober, dan Nopember 2018 cukup kecil.

Diperkirakan lanjut Sudrajat, angka tanam padi sekitar 8-9 ribu hektare. Dampaknya hasil panennya juga mengalami penurunan. Hal ini kata Sudrajat berdampak pada produksi pangan yang hanya sedikit melebihi dari kebutuhan masyarakat. Di mana kebutuhan beras warga Sukabumi hanya sebanyak 20 ribu ton per bulan.

"Makanya kami sarankan semua aparatur meminta petani yang panen jangan dijual ke luar Sukabumi,’’ imbuh Sudrajat. Akan tetapi tetap memasokanya di dalam Sukabumi untuk memenuhi kebutuhan warga.

Menurut Sudrajat, pada bulan sebelum kemarau memang ada lebih atau surplus produksi padi. Pada waktu itu pun kebanyakan tidak dijual ke luar Sukabumi.

Terlebih ungkap Sudrajat, sekarang ini penampungan hasil panen padi mulai ditata rapih. Di mana setiap ada daerah lumbung beras terdapat lembaga pangan masyarakat (LPM). Sehingga ketika panen ada yang menampung dan mengambil untuk disalurkan ke lokasi tertentu.

Hal ini lanjut Sudrajat Gudang dibantu dengan kehadiran gudang baru penyerapan gabah dan beras di Kecamatan Jampang Kulon. Peresmian gudang yang mampu menampung 5.000 ton beras ini diresmikan pada Agustus 2018 lalu.

Gudang serupa milik Bulog hanya satu di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Lokasi gudang tersebut berada di wilayah utara Sukabumi. Menurut Sudrajat, pembangunan gudang distribusi pangan di selatan Sukabumi untuk membantu petani agar lebih mudah menjangkaunya. Selain itu hadirnya gudang baru tersebut untuk menstabilisasi baik harga gabah maupun harga beras.

Sebelumnya, luasan lahan pertanian yang mengalami kekeringan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terus meluas. Hingga akhir Agustus 2018 tercatat ada seluas 575 hektare areal pertanian yang terdampak kekeringan dan seluas 178 hektare terancam.

"Dari laporan sampai 23 Agustus 2018 lahan kekeringan mencapai 575 hektare,’’ ujar Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Sukabumi Dedah Herlina. Lahan pertanian yang kekeringan ini tersebar di 22 kecamatan dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

Ke-22 kecamatan itu terang Dedah yakni Simpenan, Gunungguruh, Cikakak, Cisolok, Ciracap, Palabuhanratu, Ciemas, Waluran, Cimanggu, Cidahu, dan Cicurug. Selanjutnya Kecamatan Gegerbitung, Bantargadung, Warungkiara, Kadudampit, Cireunghas, Nagrak, Cisaat, Sagaranten, Lengkong, Purabaya, dan Cicantayan.

Menurut Dedah, dari 575 hektare lahan kekeringan tersebut terbagi ke dalam empat klasifikasi yakni mengalami rusak ringan, sedang, berat, dan gagal panen (puso). Rinciannya rusak ringan seluas 93 hektare, rusak sedang 172 hektare, rusak berat 178 hektare, puso 133 hektare.

Selain itu ada seluas 178 hektare lahan pertanian terancam kekeringan yang tersebar di 13 kecamatan. Lahan yang kekeringan ini biasanya akan meningkat statusnya dari ringan ke sedang dan berat hingga puso.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement