REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono menilai, asumsi kurs dalam RAPBN 2019 sebesar Rp 15 ribu per dolar AS dapat memberikan optimisme pada pasar. Dia mengatakan, tahun depan rupiah masih akan terus mengalami tekanan. Oleh karena itu, diperlukan asumsi kurs yang tidak memberikan sentimen negatif pada pasar.
"Akhirnya diperoleh kompromi Rp 15 ribu per dolar AS. Masih pantas dan memberi harapan," kata Tony ketika dihubungi Republika, Selasa (16/10).
Kendati demikian, diperlukan sejumlah syarat untuk bisa menjaga posisi nilai tukar di level tersebut. Dari sisi bank sentral, Tony menyarankan Bank Indonesia untuk terus menaikkan level suku bunga acuan. Selain itu, pemerintah perlu memperbaiki tingkat defisit neraca transaksi berjalan (CAD) hingga berada di bawah 3 persen terhadap PDB.
"Surplus ekspor juga merupakan hal yang esensial," katanya.