REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - KH Ma'ruf Amin akan memberikan kuliah umum di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (RSiS NTU) Singapura, tentang Islam Wasathiyah atau Islam moderat dan ekonomi berkeadilan di Indonesia, Rabu (17/10) siang.
Berdasarkan siaran pers, Ma'ruf menjelaskan pokok materi kuliah umum yang akan disampaikan. Ia mengatakan Islam moderat sejak awal menjadi paham yang dianut sebagian besar bangsa Indonesia.
"Dengan pandangan Islam Wasathiyah yang moderat itu, kalangan Islam dan kalangan Nasional bisa menyatu dengan menyepakati Pancasila dan UUD 1945 dan kemudian melahirkan NKRI," papar Ma'ruf.
Namun, kata dia, dalam perkembangannya, Islam moderat dihadapkan pada tantangan paham keagamaan ekstrimis, terlebih setelah munculnya ISIS tahun 2014.
"Maka kita harus mengembalikan lagi, menguatkan lagi paham Islam Wasathiyah, untuk mengembalikan pada prinsip berbangsa dan bernegara. Istilah saya, 'ar-ruju ilal mabda, kembali ke basic, ke pangkal lagi, seperti waktu pendiri bangsa mendirikan NKRI," kata Ma¿ruf.
KH Ma'ruf Amin mengunjungi Singapura sejak Selasa (16/10) hingga Rabu. Pada Selasa siang, Ma'ruf sempat menemui Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, di Istana Singapura. Ma'ruf berbincang dengan PM Lee, tentang persoalan yang dihadapi, seperti pentingnya membangun ekonomi berkeadilan, menangani disparitas kaya miskin, juga disparitas antar daerah.
Ma'ruf dan Lee juga berbicara tentang kerja sama kedua negara. Ma'ruf kemudian menghadiri jamuan makan malam oleh Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, dan Menteri Negara Senior Malik Osman, Di Hotel Grand Hyatt, Singapura.
Selanjutnya Ma'ruf juga bertemu sejumlah perwakilan masyarakat Indonesia di Singapura, Selasa malam, di Gedung KBRI Singapura, Chatsworth Road, Singapura, yang dihadiri Dubes RI untuk Singapura, I Wayan Ngurah Swajaya, serta Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, yang juga Ketua Umum Partai Golkar.
Kiai Ma'ruf berpesan kepada warga Indonesia agar bisa menyampaikan wajah Indonesia yang rukun, santun dan bersahabat. "Saya berharap terutama dalam menghadapi Pilpres yang akan datang tidak terjadi konlik akibat perbedaan pilihan, sehingga dapat menjaga keutuhan dan prilaku terpuji sebagai bangsa yang besar dalam rangka menjaga hubungan baik antara Indonesia dengan Singapura," katanya.