Rabu 17 Oct 2018 16:03 WIB

Ma'ruf Minta WNI Singapura Cerminkan Wajah Indonesia Santun

Ia berharap dalam menghadapi Pilpres tidak terjadi konflik akibat perbedaan pilihan

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Calon Wakil Presiden nomor 01 Maruf Amin memberikan pidato politik dalam acara Deklarasi Perempuan Indonesia untuk Joko Widodo-Maruf Amin (P-IJMA) di Rumah Aspirasi, Jakarta, Sabtu (22/9).
Foto: ANTARA FOTO
Calon Wakil Presiden nomor 01 Maruf Amin memberikan pidato politik dalam acara Deklarasi Perempuan Indonesia untuk Joko Widodo-Maruf Amin (P-IJMA) di Rumah Aspirasi, Jakarta, Sabtu (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Calon wakil presiden nomor urut 01, Prof KH Ma’ruf Amin bertemu dengan sejumlah perwakilan masyarakat Indonesia di Gedung KBRI Singapura, Chatsworth Road, Singapura, Selasa (16/10) malam. Dalam pertemuan itu, Ketua Umum MUI ini berpesan kepada warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Singapura untuk selalu mencerminkan wajah Indonesia yang rukun, santun dan bersahabat.

"Agar bisa mencerminkan wajah Indonesia yang rukun, santun, dan bersahabat. Saya berharap, terutama dalam menghadapi Pilpres yang akan datang, tidak terjadi konflik akibat perbedaan pilihan sehingga dapat menjaga keutuhan dan perilaku terpuji sebagai bangsa besar dalam rangka menjaga hubungan persahabatan Indonesia dan Singapura," ujar Kiai Ma'ruf dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (17/10).

(Baca: Ma'ruf Amin akan Beri Kuliah Umum di Singapura)

Kiai Ma'ruf berkunjung ke Singapura untuk memberikan kuliah umum di S. Rajaratnam School of International Studies-Nanyang Technological University (RSiS-NTU) pada Rabu (17/10). Dalam kuliah umum itu, Kiai Ma'ruf akan memaparkan tentang “Rekonsolidasi Islam moderat dan ekonomi berkeadilan di Indonesia”.

Sebelum memberikan kuliah umum itu, Kiai Ma’ruf memberikan cuplikan sekilas tentang Islam moderat. Menurut dia, sebenarnya, Islam moderat itu sejak awal sudah menjadi paham yang dianut sebagian besar bangsa Indonesia. "Dengan pandangan Islam Wasathiyah yang moderat itu, kalangan Islam dan kalangan Nasional bisa menyatu dengan menyepakati Pancasila dan UUD 1945 dan kemudian melahirkan NKRI,” ucap Kiai Ma’ruf. 

Tapi dalam perkembangannya, lanjut dia, tantangan dari paham keagamaan ekstrem semakin menguat, apalagi setelah adanya ISIS tahun 2014. Karena itu, menurut Kiai Ma’ruf, saat ini perlu ditingkatkan lagi paham Islam Wasathiyah untuk mengembalikan pada prinsip berbangsa dan bernegara.

“Istilah saya, ar-ruju’ ilal mabda’, kembali ke basic, ke pangkal lagi, seperti waktu pendiri bangsa mendirikan NKRI,” kata Kiai Ma’ruf.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement