REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa peluru nyasar terjadi pada Senin (15/10) di gedung DPR RI pukul 14.30 WIB. Tembakan tersebut kemudian bersarang di lantai 13 di ruang 1313 yang ditempati anggota Komisi III Fraksi Partai Golkar Bambang Heri Purnama dan di lantai 17 di ruang 1201 milik anggota Komisi III DPR Partai Gerindra Wenny Warouw.
Pada Rabu (17/10), bekas dugaan penembakan peluru salah sasaran kembali ditemukan pada dua lokasi, yaitu di ruangan anggota Fraksi Partai Demokrat Vivi Sumantri Jayabaya dan anggota Fraksi PAN Totok Daryanto. Ruangan Vivi berada lantai 10 nomor 1008 dan ruangan Totok berada di lantai 20 nomor 2003.
Polisi telah menetapkan dua orang menjadi tersangka kasus dugaan peluru nyasar ke gedung DPR RI. Dua tersangka itu adalah pegawai negeri sipil (PNS) di sebuah kementerian.
“Tersangka berinisial IAW (32) dan RMY (34),” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Nico Afinta di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/10).
Menurut Nico, kedua tersangka melakukan aksi penembakan tersebut bukan karena faktor kesengajaan. Mereka sedang melakukan latihan tembak di Lapangan Tembak Senayan yang lokasinya berdekatan dengan gedung DPR RI.
“Jadi, kami menepis bahwa kejadian ini ada unsur kesengajaan,” ucapnya
Lubang akibat peluru yang menembus ruangan anggota DPR RI Komisi IV Fraksi Partai Demokrat Vivi Sumantri terkait temuan peluru nyasar ke Nusantara 1, gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (17/10).
Dari kedua tersangka, polisi menyita dua buah pucuk senjata api jenis Glock 17 dan Akai Custom dengan kaliber 40 mm. Senjata tersebut, menurut Nico, adalah jenis senjata yang diperuntukkan olahraga.
Wenny Warouw, yang ruangannya ditembus peluru para tersangka, menduga adanya kejanggalan dari peristiwa ini. Ia mengaku telah mengecek langsung ke lokasi Lapangan Tembak Senayan sehari setelah kejadian.
"Dari lapangan tembak reaksi, itu nggak kelihatan sama sekali. Ada tanggul kira-kira dua meter, ada lagi seng baja lima meter, baru ada pohon-pohon, kok peluru bisa tembus?" kata Wenny Warouw, Rabu (17/10).
Kecurigaan Wenny bertambah saat mengetahui pelaku penembakan adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Menurutnya, aneh jika seorang PNS berlatih menembak pada saat jam kerja.
"Kalian sekarang ini pergi dong ke Menteri Perhubungan, tanya itu kok jam kerja latihan nembak? Gitu loh, dan mereka punya sertifikasi Perbakin, kenapa bilang bukan Perbakin?" ujarnya.
Anggota Komisi III tersebut meminta penyidik untuk melakukan uji balistik di lapangan dan tidak dilakukan di ruangan rekonstruksi. Selain itu, ia juga meminta untuk memeriksa para pelaku dari mana keduanya berasal.
Ruangan anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Vivi Sumantri Jayabaya dan anggota DPR Fraksi PAN Totok Daryanto juga diduga ikut terkena tembakan. Ruangan yang masing-masing berada di lantai 10 dan lantai 20 Gedung Nusantara 1 DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, itu baru diketahui Rabu (17/10).
Wasekjen Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, juga memandang ada hal yang tidak masuk akal dari penembakan gedung DPR dengan analisis polisi terkait peluru nyasar dari Lapangan Tembak Senayan. Menurutnya, ada sekitar lima ruangan tempat peluru-peluru tersebut ditembakkan dan bersarang.
Ia bertanya-tanya, apakah masuk akal dikatakan sebagai peluruh nyasar. Dan, apakah mungkin peluru menyasar hingga sejauh 400 meter dari lokasi penembakan.
Persoalannya, menurut Didi, peluru yang nyasar tersebut mengarah ke atas gedung tinggi di lima ruangan di DPR. "Patut kita curiga memang tembakan itu dengan sengaja dan penuh kesadaran telah diarahkan dan dibidik. Kalaupun benar nyasar karena orang latihan menembak, paling beberapa meter nyasarnya," kata Didi.
Sebab, kata Didi, jarak 10 meter peluru salah sasaran dari titik bidikan saja, tentu sudah terlalu jauh melesetnya, apalagi 400 meter. "Sekali lagi masuk akalkah nyasar 400 meter ke banyak tempat ruangan?" katanya heran.
Didi merasa hal itu sangat tidak masuk akal. Namun, yang menurutnya sangat mungkin adalah penembakan tersebut dilakukan dengan kesadaran dan kesengajaan penuh. Menjadi pertanyaan, apakah tindakan itu dilakukan karena iseng atau ada motif tertentu.
Karenanya, ia berharap polisi segera mengusut tuntas dan seret ke meja hijau pelakunya. "Saya tegaskan, saya sepenuhnya menolak teori peluru nyasar, oleh karenanya sekali lagi meminta polisi mengusut tuntas. Bisa itu orang iseng, atau penembakan degnan motif tertentu. Keduanya tetap biadab sebab nyawa yang jadi pertaruhan," ujarnya.
Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani menyebut untuk kesekian kalinya Kompleks Parlemen Senayan terkena peluru nyasar. Muzani mengaku heran mengapa hanya gedung DPR yang kerap disasar peluru.
"Saya tidak pernah mendengar ada penghuni hotel di Hotel Mulia kamarnya tertembak kena peluru dari latihan tembak dari lapangan tembak. Padahal, itu sama posisinya. Tapi, yang sering terjadi di gedung DPR," kata politkus Partai Gerindra tersebut, Selasa (16/10).
Ia menduga, bisa saja kejadian peluru nyasar tersebut adalah benar tindakan teror yang dilakukan atas nama latihan tembak. Menurutnya, kemungkinan itu bisa saja terjadi.
"Saya tidak mengerti apakah ini bagian dari latihan-latihan yang biasa menyebabkan ancaman pada anggota dewan, tapi yang pasti keberadaan lapangan tembak itu terus terang mengganggu eksistensi anggota DPR dalam menjalankan fungsinya, dalam menjalankan tugasnya," ujarnya.
Pengamat terorisme Al Chaidar menilai, penembakan ke gedung DPR hingga menembus kaca jendela merupakan faktor kesengajaan yang dilakukan kelompok teroris. Pasalnya, kata dia, selama ini ada kelompok teroris yang mengincar gedung wakil rakyat itu.
"Ya, ini serangan bisa jadi dilakukan oleh kelompok teroris ya," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (16/10).
"Patut kita curiga memang tembakan itu dengan sengaja dan penuh kesadaran telah diarahkan dan dibidik. Kalaupun benar nyasar karena orang latihan menembak, paling beberapa meter nyasarnya." Anggota Fraksi Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin
Menurut dia, salah satu kelompok teroris yang ingin menyerang kantor parlemen itu adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang barada di Banten. Namun, menurut dia, JAD bukan satu-satunya kelompok yang ingin meneror DPR.
Ia menduga, ada pula kelompok yang beraliran sekuler. Bahkan, ada sejumlah kelompok yang berbasiskan partai politik.
"Kelompok (terorisme) kan bukan dari kalangan Islam radikal saja," ujar dia.
Al Chaidar mengatakan, sulit untuk menerima bahwa peluru yang menembus kaca gedung DPR merupakan tembakan nyasar. Pasalnya, yang menjadi sasaran hanya kantor wakil rakyat itu.
"Jelas itu kesengajaan, indikasinya selama ini gedung DPR sudah ditargetkan oleh beberapa kelompok teroris. Jadi, saya kira itu bentuk kesengajaan-lah," kata dia.
Baca juga
- Dua Tersangka Kasus Peluru Nyasar Bukan Anggota Perbakin
- Tersangka Peluru Nyasar Berencana Habiskan 450 Peluru
- Senjata yang Dipakai Anggota Perbakin Telah Dimodifikasi
Dua orang tersangka kasus peluru nyasar ditunjukkan kepada wartawan saat keterangan pers pengungkapan kasus di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Hasil olah TKP
Kepala Puslabfor Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Ulung Sanjaya menjelaskan secara perinci hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) pada ruangan anggota DPR RI yang menjadi sasaran tembak peluru nyasar. Dengan senjata serupa, Puslabfor Mabes Polri menguji ulang senjata yang digunakan tersangka, apakah benar mampu melesat jauh hingga ke lantai 13 dan lantai 16.
"Puslabfor bersama penyidik dari Polda Metro Jaya kemarin telah melakukan olah TKP adanya penembakan di gedung DPR di mana Puslabfor itu bekerja berdasarkan olah TKP, dan pemeriksaan barang bukti yang ditemukan di TKP," ujar Ulung di Mapolda Metro Jaya, Selasa (16/10).
Olah TKP yang dilakukan Tim Puslabfor pada Senin (15/10), antara lain, langsung mendatangi ruang-ruang yang diketahui mengalami proses penembakan, ruang tersebut adalah ruang lantai 13 dan ruang lantai 16. Pada lantai 13, ditemukan anak peluru masih kelihatan utuh, artinya peluru belum lepas dari selongsongnya, lalu menembus dari dinding yang dilapisi gypsum dan juga di luarnya ada logam yang tipis sampai mengenai ke dalam ruangan.
Peluru kemudian mengenai dinding kayu dan melesat ke samping staf yang ada di dalam dan terkena di belakang kepalanya. Kondisinya masih kelihatan utuh karena benturan yang tidak begitu keras dan dia lebih keras dari benda yang ditabraknya.
Sementara pada lantai 16, peluru pertama kali menembus kaca yang ketebalannya sekitar enam milimeter. Kaca tersebut lebih keras dari peluru sehingga peluru pecah dari jaket anak pelurunya.
"Dari hasil olah TKP kita temukan ini, kita lakukan perbandingan apakah dari dua anak peluru yang dihasilkan di TKP ini berasal dari senjata," kata Ulung menjelaskan.
Dari pengembangan yang dilakukan oleh penyidik, diketahui senjata tersebut merupakan senjata jenis Glock 17 yang dicurigai dipergunakan saat itu di lapangan tembak. Setelah pihaknya melihat referensi, jarak tembaknya yang dapat mencapai lantai 13 dan lantai 16, memang berasal dari senjata yang dilakukan dua tersangka ini.
"Kita lakukan uji tembak di laboratorium, di shooting box, senjatanya diisi lagi, baru diadakan penembakan. Hasilnya, anak peluru yang didapat, dibandingkan kedua anak peluru yang ada di TKP ternyata hasilnya identik. Artinya, identik itu garis-garis dari yang dihasilkan si anak peluru bukti maupun dari hasil uji penembakan itu segaris, ada garis-garis," paparnya.
Identik berupa garis-garis ini istilahnya adalah galangan dan dataran, hanya dapat dilihat melalui mikroskop, diperbesar, difoto, dan terlihat segaris. Dari situ, menjadi bukti bahwa peluru memang berasal dari senjata yang dimaksud (Glock 17).
Polisi menunjukkan barang bukti pengungkapan kasus peluru nyasar ke gedung DPR di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (16/10/2018).