REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat dan PCNU Kota Tasikmalaya tengah menyiapkan Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang akan digelar di Stadion Dadaha Kota Tasikmalaya pada 22 Oktober 2018 mendatang. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU), Muhammad Sulton Fatoni mengatakan, rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri sudah dimulai sebelum 22 Oktober.
Sejumlah acara yang diselenggarakan untuk menyemarakkan Hari Santri. Di antaranya perlombaan kreativitas santri, jalan sehat keluarga sakinah, santripreuneur award, pembacaan 1 miliar Shalawat Nariyah, dan Apel Hari Santri.
Sementara, menurut dia, dalam acara puncak yang digelar di Tasikmalaya akan digelar dua agenda besar yaitu pertama Halaqah Kiai NU tentang sejarah santri dan strategi masa depan santri. Kedua, kegiatan Istighatsah Akbar untuk mendoakan para pahlawan dan keselamatan bangsa.
Menurut dia, Halaqah sendiri akan diikuti sekitar 4.000-an kiai NU. Sedangkan Istighatsah akan diikuti puluhan ribu warga nahdliyin Jawa Barat. "Di situ ada dua kegiatan besar, satu Halaqah yang melibatkan 4.000 kiai di Tasikmalaya dan sekitarnya dan kedua Istighosah yang melibatkan puluhan ribu warga NU se-Jawa Barat," ujar Sulton saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (17/10).
Menurut dia, 19 lembaga yang ada di PBNU saat ini juga tengah menggelar berbagai kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti bidang ekonomi ataupun bidang dakwah. "Misalnya hari ini juga Lembaga Dakwah NU juga menggelar lomba orasi di tingkat sekolah menengah," ucapnya.
Puncak Hari Santri kali ini terbilang spesial karena juga dijadwalkan akan dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Namun, menurut Sulton, jika pun Presiden Jokowi tidak menghadiri pihaknya tidak masalah. Karena, menurutnya, Presiden Jokowi selama ini telah peduli terhadap pesantren.
"PBNU secara terbuka mengucapkan terimakasih kepada Pak Jokowi karena pasca penetapan Hari Santri itu ada progres perbaikan terhadap pesantren dan santri termasuk inisiasi RUU Pesantren yang saat ini sudah disahkan," ucap Sulton.
Menurut dia, PBNU melihat dari tahun ke tahun sudah ada progres dari peringatan Hari Santri. Menurut dia, peringatan jari besar kaum bersarung ini tidak hanya sekedar seremoni, tapi juga terus diiringi dengan sejumlah perbaikan untuk memajukan pesantren. "PBNU melihat progres dari tahun ke tahun peringatan hari santri itu. Tidak hanya sekedar seremoni tapi ada substansi perbaikan yang juga mengikuti," katanya.
Sulton juga mengatakan, peringatakan Hari Santri yang digelar PBNU dan PWNU Jabar itu juga akan dijadikan momentum warga nahdliyin untuk melakukan konsolidasi 100 tahun NU dan menuju 100 tahun kedua NU, sehingga manfaat NU dapat terus dirasakan oleh masyarakat.
"Dari sini, kami menyadari bahwa Hari Santri ini sangat tepat untuk dijadikan momentum konsolidasi organisasi untuk memperkuat khidmat NU untuk masyarakat," jelasnya.