Kamis 18 Oct 2018 14:51 WIB

1,5 Ton Apem akan Diperebutkan Warga Sleman

1,5 ton apem akan diperebutkan warga yang menghadiri saparan Ki Ageng Wonolelo

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Warga berebut apem / Ilustrasi
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Warga berebut apem / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Saparan Ki Ageng Wonolelo kembali digelar di Kabupaten Sleman. Seperti tahun-tahun sebelumnya, penyebaran apem menjadi salah satu dari sekian banyak rangkaian kegiatan yang digelar berpusat di Pondok Wonolelo tersebut.

Upacara Adat Ki Ageng Wonolelo tahun ini akan dilaksanakan tepat pada Jumat (19/10) pahing di Pondok Wonolelo. Puncaknya, akan memperebutkan 1,5 ton apem bagi seluruh masyarakat yang menghadiri saparan.

Tradisi budaya tahunan yang cukup akbar ini menjadi gelaran ke-51 kalinya. Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk memperingati dan mengapresiasi perjuangan Ki Ageng Wonolelo pada masa lampau.

Ketua Umum Panitia Upacara Adat Ki Ageng Wonolelo, Wartono mengatakan, upacara adat Saparan dan Kirab Pusaka turut bertujuan mendukung wisata budaya. Selain itu, gelaran ini bermaksud mengajak generasi muda menggali dan lebih memahami nilai-nilai seni budaya yang adiluhung. Serta, memberikan wahana bagi pertumbuhan kesenian rakyat.

"Dan menumbuhkan rasa handarbeni dan kecintaan terhadap seni budaya bangsa sendiri," kata Wartono, Kamis (18/10).

Berdasarkan sejarah Ki Ageng Wonolelo, yang memiliki nama asli Jumadi Geno, merupakan seorang keturunan Prabu Brawijaya V. Sekaligus, sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam pada masa Kerajaan Mataram.

Bermukim di Dusun Pondok Wonolelo, Ki Ageng diyakini memiliki ilmu yang sangat tinggi. Ia malah pernah diutus Raja Mataram ke Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang saat itu membangkang terhadap Mataram.

Kemudian, Ki Ageng berhasil menaklukan Kerajaan Sriwijaya. Nama Ki Ageng Wonolelo atau Jumadi Geno semakin tersohor dari waktu ke waktu, sehingga semakin banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya.

Sebagai panutan, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan peninggalan yang berupa tapak tilas, pusaka dan benda-benda antik. Barang inilah yang kemudian dikirab setiap bulan Sapar setiap tahunnya.

"Gelar budaya tahunan spektakuler ini merupakan penyelenggaran dalam rangka mengapresiasi perjuangan Ki Ageng Wonolelo masa silam," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara.

Pada Saparan Ki Ageng Wonolelo sendiri akan mementaskan kesenian jathilan dan sejak pagi, dan dilanjut dengan puncak upacara kirab pusaka dan gunungan apem. Gunungan apem akan dikawal keprajuritan.

Sedangkan, pada malam harinya mulai 20.30-24.00, akan dipentaskan musik dangdut dan wayang kulit. Selain itu, akan turut memeriahkan pertunjukkan tari dan kethoprak yang jadi khas Kabupaten Sleman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement