Kamis 18 Oct 2018 14:56 WIB

Washington Post Terbitkan Tulisan Terakhir Khashoggi

Khashoggi kembali mengkritik Saudi yang membungkam kebebasan pers.

Rep: Kamran Dikarma/Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
The Washington Post
Foto: guardian.co.uk
The Washington Post

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Surat kabar The Washington Post telah menerbitkan tulisan terakhir wartawan Saudi, Jamal Khashoggi, pada Rabu (17/10). Penerbitan itu dikonfirmasi langsung oleh editor opini global The Washington Post, Karen Attiah.

"The Post menahan penerbitan ini karena kami berharap Jamal akan kembali kepada kami sehingga dia dan saya bisa mengeditnya bersama. Sekarang saya harus menerimanya bahwa hal itu tidak akan terjadi. Ini adalah tulisan terakhirnya yang akan saya edit untuk The Post," ujar Attiah, dikutip NBC News.

Naskah artikel itu diterima Washington Post sehari setelah Khashoggi dinyatakan hilang di konsulat jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober. Karen Attiah mengatakan, dia menerima naskah artikel Khashoggi dari asistennya.

Dalam artikelnya, Khashoggi kembali membahas dan mengkritik pemerintahan negara-negara di Timur Tengah yang acap kali berkeinginan membungkam kebebasan pers. Ia menulis, tindakan seperti memenjarakan jurnalis dan merebut kontrol media massa tidak lagi membawa konsekuensi dan reaksi positif dari masyarakat internasional.

“Sebaliknya, tindakan-tindakan itu dapat memicu kecaman yang diikuti dengan kebisuan. Akibatnya pemerintah (negara-negara) Arab diberi kebebasan untuk terus membungkam media dengan laju yang meningkat,” tulis Khashoggi dalam artikelnya, seperti dikutip laman CBS News.

"Ada saatnya ketika para wartawan percaya internet akan membebaskan informasi dari sensor dan kontrol yang terkait dengan media cetak," kata dia.

"Tetapi pemerintah-pemerintah ini, yang keberadaannya bergantung pada kontrol informasi, telah secara agresif memblokir Internet. Mereka juga telah menangkap wartawan lokal dan menekan para pengiklan untuk merusak pendapatan dari publikasi," ujarnya.

Khashoggi kemudian menyinggung Pemerintah Arab Saudi, yang sering menjadi target kritikannya. "Mereka ragu-ragu untuk menyediakan platform untuk wartawan dari Arab Saudi, Mesir, dan Yaman," tulis dia.

"Dunia Arab menghadapi Tirai Besi versinya sendiri, yang tidak dilakukan oleh aktor eksternal tetapi oleh aktorj domestik yang berlomba merebut kekuasaan," tambah Khashoggi.

"Publikasi saya, The Post, telah mengambil inisiatif untuk menerjemahkan banyak karya saya dan menerbitkannya dalam bahasa Arab. Untuk itu, saya bersyukur," kata dia.

Artikel Khashoggi diterbitkan saat penyelidikan terhadap kasusnya masih berjalan. Seorang pejabat tinggi Turki mengatakan bahwa kepolisian telah menemukan bukti tertentu yang memperlihatkan bahwa Khashoggi telah tewas dibunuh di dalam gedung konsulat jenderal Saudi di Istanbul. Kendati demikian, ia tak memperinci bukti apa yang dimaksud.

Sementara itu, rumah konsul jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi juga telah digeledah kepolisian. Tak ada yang mengetahui secara pasti apa yang dicari kepolisian di kediaman al-Otaibi. Namun DHA, sebuah media di Turki melaporkan, polisi ingin memeriksa sumur air yang terletak di taman di areal kediaman al-Otaibi.

Surat kabar pro-pemerintah Turki, Yeni Safak, pada Rabu (17/10), telah mempublikasikan pembicaraan dari sebuah rekaman audio yang diyakini terkait dengan pembunuhan terhadap Khashoggi. Menrut Yeni Safak, Khashoggi disiksa terlebih dulu sebelum akhirnya dibunuh.

Yeni Safak bahkan menyatakan suara al-Otaibi turut terdengan dalam rekaman audio itu. Ia memerintahkan orang-orang agar tidak menyiksa Khashoggi di gedung konsulat. “Lakukan itu di luar, kalian akan membuat saya mendapat masalah,” ujarnya.

Namun perintah itu ditanggapi sinis. “Diam jika Anda ingin hidup ketika Anda kembali ke Saudi,” kata salah seorang yang diduga sedang menyiksa Khashoggi kala itu.

Dua pekan lalu, Surat kabar Turki, Daily Sabah, telah memuat nama serta foto-foto dari 15 orang yang diduga terlibat dalam kasus hilangnya Khashoggi. Mereka berada di gedung konsulat jenderal Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Salah satu terduga tersangka itu bernama Maher Abdulaziz M. Mutreb. Ia diketahui seorang perwira intelijen Saudi yang pernah ditempatkan di kedutaan Saudi di Inggris. Selain Mutreb, nama lainnya yang diduga menjadi tersangka dalam kasus hilangnya Khashoggi adalah S. Muhammed A Tubaigy. Ia teridentifikasi sebagai pejabat forensik di Departemen Keamanan Umum Saudi. Semua terduga tersangka itu dilaporkan telah kembali ke Saudi.

Menteri Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi Abd al-Aziz bin Sa’ud bin Naif bin Abd al-Aziz telah menegaskan kembali bahwa negaranya tidak terlibat dalam kasus Khashoggi. Menurut dia, berbagai tudingan ditujukan kepada Saudi soal adanya instruksi membunuh Jamal adalah kabar dusta dan sama sekali tidak berdasar. “Yang demikian itu (konspirasi pembunuhan) Ini bertentangan dengan prinsip Saudi yang memegang teguh ajaran, tradisi, dan menjaga hukum dan kesepakatan internasional,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement