REPUBLIKA.CO.ID, GAZA –- Israel memutuskan menutup semua akses perbatasan menuju Jalur Gaza. Hal itu dilakukan sebagai respons atas serangan roket yang diluncurkan dari Gaza ke wilayahnya.
“Menteri Pertahanan (Israel) Avigdor Lieberman telah memerintah untuk menutup Erez Crossing (akses lintas perbatasan Gaza-Israel yang digunakan warga sipil) dan Karem Shalom (akses lintas perbatasan Gaza-Israel yang digunakan untuk transportasi kargo), serta mengurangi zona penangkapan ikan di dekat Jalur Gaza menjadi tiga mil laut,” kata layanan pers Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan pada Rabu (17/10), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.
Lieberman secara tegas mengambil keputusan tersebut sebagai tanggapannya atas serangan roket dari Gaza. “Menteri Pertahanan Israel membuat keputusan ini setelah serangan roket ke wilayah Israel,” kata layanan pers Kementerian Pertahanan Israel.
Pada Rabu malam, kelompok perjuangan Palestina di wilayah Beersheba meluncurkan sebuah roket ke wilayah Israel. Roket itu dilaporkan menghantam sebuah rumah yang dihuni seorang ibu dan tiga anaknya. Kendati demikian, tak ada korban tewas akibat serangan tersebut.
Roket lainnya yang diluncurkan dari Gaza dilaporkan mendarat di laut di dekat wilayah Gush Dan. Israel pun membalas serangan tersebut dengan membidik markas-markas kelompok pejuang Palestina di Gaza, terutama di wilayah Rafah. Selain serangan, Israel memutuskan kembali mengisolasi Gaza dengan menutup Erez Crossing dan Karen Shalom.
Akses Erez Crossing terakhir kali ditutup Israel pada 5-13 September lalu. Sementara Karen Shalom telah mengalami penutupan selama sebulan yang berakhir pada 15 Agustus. Penutupan kedua akses lintas batas itu dilakukan Israel menyusul eskalasi yang terjadi di Jalur Gaza berkaitan dengan aksi bertajuk “Great March of Return” yang digelar sejak Maret lalu. Aksi itu menuntut Israel mengembalikan tanah yang direbut dan didudukinya pascaperang Arab-Israel tahun 1948 kepada para pengungsi Palestina.
Hingga saat ini aksi-aksi sporadis masih dilakukan warga Palestina di Jalur Gaza. Kendati demikian jumlah korban tewas terus meningkat. Sejak Great March of Return digelar, terdapat lebih dari 185 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak, yang tewas akibat serangan pasukan keamanan Israel.
Gaza telah diblokade Israel selama lebih dari 10 tahun. Akibat blokade itu, Gaza menjadi salah satu wilayah yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.