REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in berbicara tentang proses menuju perdamaian di semenanjung Korea di hadapan Paus. Pidato itu disampaikan sehari sebelum ia menyampaikan undangan untuk Paus Fransiskus agar mengunjungi Korea Utara (Korut).
Sekretaris Kardinal Pietro Parolin, orang nomor dua di Vatikan, mengatakan Misa di Basilika Santo Petrus ini diadakan untuk Presiden Moon Jae-in dan pihak lainnya. Termasuk Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Vatikan Callista Gingrich dan ratusan warga Korea di Roma.
Setelah "Misa untuk Perdamaian di Semenanjung Korea," Moon berbicara kepada jamaah Misa tentang pertemuan positif baru-baru ini antara dirinya dengan pemimpin Korut Kim Jong-un.
"Saat ini di semenanjung Korea, perubahan bersejarah dan menghangatkan hati sedang terjadi. Kami perintis dalam upaya mulia untuk mengamankan perdamaian," kata Moon.
Korut dan Korsel telah mengadakan tiga pertemuan puncak pada tahun ini. Kim juga mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura pada Juni. Ia berjanji untuk menuju denuklirisasi di semenanjung Korea.
Moon bertemu dengan paus pada Kamis siang waktu setempat. Ia diperkirakan akan menyampaikan undangan dari Kim.
Kim mengatakan pada Moon keinginannya untuk bertemu Paus. Paus diperkirakan akan mengunjungi Jepang tahun depan.
Sekretaris Kardinal Pietro Parolin menyampaikan doanya untuk perdamaian di semenanjung Korea. Perdamaian, katanya, harus dibangun di atas komitmen serius terhadap keadilan dan solidaritas, yang memperhatikan hak dan martabat manusia.
Konstitusi Korut menjamin kebebasan beragama selama tidak melemahkan negara. Tetapi di luar tempat ibadah yang dikendalikan negara, tidak ada kegiatan keagamaan terbuka yang diizinkan.
Korut, yang diperkirakan oleh para pejabat Gereja memiliki komunitas Katolik sekitar 55 ribu tepat sebelum Perang Korea 1950-53, tidak memungkinkan para imam ditempatkan di sana secara permanen.
Informasi tentang jumlah umat Katolik yang masih berada di Korut juga tidak diketahui. Badan Keagamaan mengatakan jumlahnya bisa mencapai 4.000. Gereja memperkirakan bahwa 11 persen penduduk Korsel beragama Katolik.