REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito memberi catatan terkait perjalanan empat tahun pemerintahan Jokowi. Meski capain pemerintah Jokowi di empat tahun kepemimpinannya terbilang sangat memuaskan, menurut Arie bukan berarti tantangan dan pekerjaan rumah bukan tidak ada.
Menurutnya Jokowi masih punya pekerjaan rumah yang berat seperti korupsi, sistem birokrasi yang masih tidak efektif dan juga intoleransi dan sistem demokrasi di level akar rumput.
"Tenokrasi dalam birokrasi kita belum berjalan memuaskan. Hal itu juga menjadi faktor penghambat implementasi program-program pemerintah. Birokrasi kita masih belum bisa cepat menerjemahkan visi dan imajinasi yang dibutuhkan dalam percepatan pembangunan," Jelas Arie Sujito dalam diskusi Publik bertema "4 Tahun Kepemimpinan Jokowi; Capaian dan Keberlanjutan", Kamis (18/10).
Selain reformasi kultur birokrasi yang belum berjalan baik, Arie juga menyatakan tantangan berat di level demokrasi akar rumput. "Demokrasi sekarang ini tidak hanya di kelas menengah atas, tapi juga di kalangan bawah. Masalahnya adalah politik kita masih cenderung bermain-main dengan komodifikasi sentimen identitas dan agama. Civic culture harus diperkuat oleh pemerintah sekarang ini untuk mengimbangi supra setruktur politik yang relatif sudah maju," katanya.
Sementara itu Direktur Institut Narasi Indonesia, Mickael B. Hoelman, menyatakan pencapain kinerja Jokowi yang paling penting adalah keberhasilnnya membangun fundamental yang kokoh baik dalam bidang ekonomi, politik, mau pun budaya dan kelompok milenial.
"Harus diingat bahwa dalam tahun pertama pemerintahannya Jokowi mewarisi dua kondisi berat yang diwariskan rezim sebelumnya. Yaitu beban subsidi yang besar dan ketimpangan yang lebar," jelas Mickael.
Dalam paparannya ia menyatakan bahwa tahun pertama pemerintahannya Jokowi berani mengalihkan subsidi yang tidak produktif ke sektor yang produktif dan hasilnya adalah pertumbuhan berkualitas dan inflasi yang stabil. Ia juga memastikan masalah ketimpangan bisa terkikis sehingga ancaman krisis sosial bahkan disintegrasi kini bisa ditanggulangi.
"Banyak capaian yang melampaui rekor capaian pemerintah sebelum Jokowi. Yang terpenting adalah hal itu menandai bahwa pemerintah ini memiliki integitas dan kredibilitas," jelasnya.
Senada dengan Mickael B. Hoelman, Direktur Program Tim Pemenangan Nasional JKW-MA, Aria Bima, menandaskan bahwa pemerintah Jokowi telah bekerja dan memenuhi visi-misinya. Tetapi ada beberapa program yang strategis belum terwujud karena kendala waktu, investasi dan prioritas.
"Jokowi memberi indonesia imajinasi menjadi negara maju, menancapkan pondasi kokoh dan menunjukkan hasil kerja yang memastikan lebih banyak masyarakat kian merasa menjadi indonesia karena keadilan terutama di bidang ekonomi bisa dirasakan lebih nyata," jelasnya.
Ke depan adalah pondasi baru, meneruskan Nawa Cita dan mendorong paling tidak dua prioritas, “Menjadikan indonesia yang kompetif, terkoneksi sehingga mampu membangun industri nasional yang punya daya saing global. Jokowi juga menginginkan kita semua bekerja dari hanya mengamankan APBN menjadi investasi jangka panjang untuk indonesia yang produktif dan berkualitas," tutur Aria Bima.