Jumat 19 Oct 2018 06:52 WIB

Petobo Disarankan Ditimbun Tanah Seperti Pemakaman Jenazah

Pencarian jasad berisiko terhadap penyebaran dan penularan bakteri.

Anggota TNI bersama tim Kementerian Kesehatan mengisi cairan desinfektan di wadah khusus untuk dibawa helikopter BNBP disemprotkan melalui udara dengan metode water bombing  pada dua lokasi gempa likuifaksi, Balaroa dan Petobo di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (18/10).
Foto: Darwin Fatir/Antara
Anggota TNI bersama tim Kementerian Kesehatan mengisi cairan desinfektan di wadah khusus untuk dibawa helikopter BNBP disemprotkan melalui udara dengan metode water bombing pada dua lokasi gempa likuifaksi, Balaroa dan Petobo di Bandara Mutiara Sis Al Jufri Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (18/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU  --  Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, dr Ahmad Yurianto merekomendasikan lokasi terdampak likuefaksi seperti di Petobo, Palu Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, ditimbun dengan tanah. Penimbunan itu, kata ia, seperti memakamkan jenazah.  

"Cara terbaik adalah menimbun dengan tanah seperti selayaknya memakamkan jenazah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari," kata Ahmad melalui siaran persnya diterima di Palu, Kamis (18/10).

Menurut Ahmad, pertimbangan terbaik dalam penanganan jenazah yang belum diketemukan setelah hari ke tujuh adalah dengan tetap memakamkan di lokasi yang diduga jenazah itu berada. 

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap jenazah tersebut. Ini mengingat kemungkinan untuk bisa menemukan jenazah dalam keadaan utuh sangat kecil. Penggalian jenazah juga berisiko terhadap penyebaran dan penularan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar.

Baca juga, Cairan Disinfeksi Disemprotkan di Balaroa dan Petobo.

Ia menyampaikan yang perlu dilakukan dinas terkait adalah melakukan pengecekan kualitas air tanah secara berkala di sekitar daerah terdampak.

Selain itu, perlu membuat drainase yang baik agar air hujan bisa terkumpul dan bisa diintervensi sebelum masuk sungai. Idealnya, timbunan ditanggul dan drainase dibuat dari semen.

Hasil analisis sementara pemetaan secara spasial menunjukkan bahwa wilayah terdampak likuifaksi pascagempa Sulteng menyebabkan pengangkatan dan amblesan di Balaroa Palu Barat.

Jumlah perkiraan rumah terdampak mencapai 1.045 unit dengan luasan wilayah terdampak mencapai 47,8 hektare.  Sementara jumlah perkiraan rumah terdampak di Petobo, Palu Selatan mencapai 2.050 unit dengan luas wilayah 180 hektare, sedangkan di Jono Oge, Sigi, mencapai 366 unit dengan luas wilayah 202 hektare.

Likuefaksi merupakan fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, seperti getaran gempa bumi.

Sementara berdasarkan penelitian Badan Geologi pada 2012 menyebutkan bahwa wilayah Palu merupakan wilayah dengan potensi likuefaksi sangat tinggi.  Gempa magnitudo 7,4 yang mengguncang beberapa wilayah di Sulteng pada 28 September 2018 menewaskan ribuan orang dan ribuan menderita luka-luka.

Data Kogasgabpad per 17 Oktober 2018, pukul 17.00 WITA melansir jumlah korban meninggal dunia 2.103 jiwa, hilang 680 orang, luka-luka 4.612 orang, dan mengungsi 274.195 jiwa.

Ribuan orang diperkirakan meninggal dunia dan tertimbun di wilayah terdampak likuefaksi. Pemerintah Provinsi telah memperpanjang status tanggap darurat hingga 26 Oktober 2018.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulteng Ridwan Mumu belum lama ini menyampaikan lokasi Balaroa dan Petobo rencananya akan ditimbun terlebih dahulu dan ditetapkan sebagai pemakaman massal.  Selanjutnya pemerintah setempat akan menutup lokasi tersebut dan tidak boleh lagi ada pembangunan karena akan dibuat sebagai memoriam park kawasan hijau serta membagun monumen peringatan bencana di dua lokasi tersebut.

Helikopter MI-8 yang dikirim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  telah melakukan penyemprotan atau  water-bombing material disinfektan di wilayah terdampak likuefaksi, seperti Petobo, Balaroa. Pengeboman menjadi langkah yang efektif karena cakupan wilayah yang cukup luas dengan kondisi lapangan berpotensi terjadi amblas. Penyemprotan disinfektan tersebut setelah BNPB  berkordinasi oleh Dinas Kesehatan Sulteng, Kementerian Kesehatan dan Kesehatan TNI.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement