REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BMKG menyatakan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung mengalami 63 kegempaan letusan sepanjang Jumat (19/10) sampai dengan Sabtu dini hari, namun visual pada malam hari dari CCTV tertutup kabut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rilis yang diterima di Bandarlampung, Sabtu, meneruskan laporan pengamatan Gunung Anak Krakatau oleh Windi Cahya Untung, petugas Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau periode pengamatan 19 Oktober pukul 00.00 sampai dengan pukul 24.00 WIB, menunjukkan gunung mengalami kabut 0-III.
Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 25 meter di atas puncak kawah. Sepanjang pengamatan itu, Gunung Anak Krakatau mengalami kegempaan letusan 63 kali, amplitudo 41-58 mm, durasi 22-117 detik.
Vulkanik dangkal 12 kali, amplitudo 10-24 mm, durasi: 6-14 detik. Vulkanik dalam 5 kali, amplitudo 38-57 mm, S-P: 1.2-2.3 detik, durasi 6-20 detik). Tremor menerus 4-55 mm dominan 5 mm.
Cuaca cerah, berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke arah utara dan timur. Suhu udara 25-33 derajat Celsius, kelembapan udara 56-89 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.
Visual pada malam hari dari CCTV tertutup kabut. Terdengar suara dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, dan saat ini memiliki ketinggian 338 meter dari permukaan laut.
Simpulannnya tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level II (waspada), sehingga direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah.