Sabtu 20 Oct 2018 17:43 WIB

Luhut: Indonesia tak Tunduk kepada Cina atau AS

Posisi Indonesia seperti mendayung di dua karang.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan
Foto: Republika TV/Fakhtar Khairon Lubis
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (LBP) mengatakan, posisi kekuatan strategis maritim Indonesia semakin kuat di empat tahun pemerintahan Jokowi-JK. Hal itu sesuai janji pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Salah satunya, kata Luhut, memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan maritim di kawasan Indo Pasifik. "Indonesia kini telah memposisikan dirinya bisa bekerja sama tanpa harus tunduk pada kekuatan dunia di kawasan Indo Pasifik," kata Luhut di acara Conference on Indonesian Foreign Policy 2018, Sabtu (20/10).

Luhut menjelaskan, kondisi dunia saat ini telah dipengaruhi dua kekuatan adidaya ekonomi. Cina di Timur dengan One Belt One Road nya dan dan Amerika Serikat di Barat dengan strategi perang dagangnya.

Baca juga, Awali Kegiatan di Semarang, Jokowi Santap Soto Ayam.

Posisi Indonesia saat ini, jelas Luhut seperti mendayung di dua karang. Dengan kata lain, menurut dia, Indonesia bekerja sama dengan dua kekuatan ini tanpa harus menjadi dominan kepada salah satu.

"Kita tidak pernah memprioritaskan Cina, tapi kita menjaga hubungan baik dengan Cina. Begitupula dengan Amerika," tegas Luhut membantah tuduhan yang menyebut pemerintahan Jokowi pro Cina.

Luhut menegaskan, investasi Cina di Indonesia semua memperhitungkan aspek keuntungan bagi bangsa Indonesia, baik dari sisi alih teknologi hingga tenaga kerja. Kemudian investasi Cina di Indonesia, jelas Luhut harus menghasilkan barang jadi, bukan sekedar menghasilkan barang mentah.

"Ketiga investasi Cina di Indonesia harus semaksimal mungkin menggunakan tenaga kerja lokal. Tapi kita sadar di daerah tertentu di luar Jawa tidak mungkin segera penuhi, karena itu bertahap dilakukan vocational training dari tenaga kerja asing ke tenaga kerja lokal," ungkap Luhut.

Luhut menjelaskan salah satu pilar kekuatan maritim Indonesia, adalah kekuatan pertahanan dan keamanan (hankam) kawasan. Selama ini, Indonesia sering mengedepankan impor. Namun kini, ia menegaskan  kebijakan hankam maritim Presiden Jokowi mengedepankan produksi dalam negeri dengan bekerjasama penguatan teknologi dengan perusahaan negara lain.

"Kita bisa buat kapal selam di PT PAL, teknologi PT Pindad kita punya, PT LEN kita punya dan PT DI kita punya. Tapi mungkin yang high teknologi kita masih membeli dari Amerika, Russia atau Cina tapi kita tidak akan pernah tergantung pada satu negara," tegas Luhut.

Inilah menurut Luhut perjalanan visi mewujudkan poros maritim dunia yang dicita-citakan pemerintah melalui Nawacita. Dan empat tahun pemerintahan dibawah Presiden Jokowi, posisi maritim Indonesia akan semakin strategis dan kekuatannya kiam mandiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement