REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Salah satu warga Petobo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Ashadi (30 tahun) terlihat sedang menyisir puing-puing reruntuhan rumah-rumah yang hancur karena tragedi gempa yang memicu likuefaksi pada 28 September lalu. Ada sekitar 2.050 unit rumah dengan luas wilayah 180 hektare terdampak likuefaksi di Petobo.
Ashadi dan keluarganya selamat dalam tragedi yang membuat pemukiman padat penduduk di Petobo menjadi gundukan puing-puing. Sampai saat itu belum diketahui pasti berapa korban jiwa di Petobo.
Berdasarkan data Badan SAR Nasional yang dipampang disekitar reruntuhan Petobo sampai tanggal 18 Oktober lalu sudah 186 korban jiwa yang terevakuasi. Namun, diyakini masih banyak lagi korban yang tertimbun di reruntuhan tersebut.
"Mau ke rumah mertua, katanya ada motor di sana, saya tidak tahu juga saya mau telepon dulu," kata Ashadi saat ditemui di Petobo, Sabtu (20/10).
Saat ini, Ashadi bersama penyintas Petobo lainnya mengungsi di Desa Porame, salah satu desa yang berada di kecamatan Kinovaro kabupaten Sigi sekitar 8 kilo meter. Ashadi juga tidak tahu pasti berapa korban jiwa di Petobo.
"Banyak sekali yang meninggal di Petobo, orang bilang seribuan, ada yang bilang seribu lebih, tapi mau apa kalau sudah kayak gini, kalau sudah kehendak-Nya," kata Ashadi sambil menahan isak tangis.
Saat gempa terjadi Ashadi sedang berada di Rumah Sakit Samaritan, Palu. Kala itu Ashadi menemani mertuanya yang sedang dioperasi. Ketika gempa terjadi semua pasien, staf dan dokter rumah sakit berhasil melarikan.
"Pas mendengar karena banyak orang Petobo yang sudah melarikan diri, panik, kami tanya 'kenapa' katanya 'rumah di Petobo hancur semua' pas malamnya dari Rumah Sakit Samaritan, ketika dilihat ternyata benar," katanya.
Ada beberapa anggota keluarga istrinya yang meninggal dunia. Tapi mereka sudah berhasil dievakuasi. Ashadi mengatakan seluruh keluarganya selamat karena sedang berada di Rumah Sakit Samaritan.
"Tapi di Rumah Sakit Samaritan tiga-empat lantai semua selamat semua," tambah Ashadi.
Ashadi mengatakan sampai saat ini warga Petobo yang selamat masih trauma. Terutama setelah mereka melihat tempat tinggal mereka hancur karena likuefaksi. Sampai hari ke-22, proses evakuasi masih dilakukan.
Terlihat beberapa ekskavator dan masih banyak petugas yang membersihkan puing-puing di Petobo. Wilayah ini sebenarnya ditutup karena masih dianggap rentan terhadap guncangan. Selain itu meski dipermukaan tidak lagi terlihat ada jenazah. Tapi masih tercium baunya yang cukup menyengat.