REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung revolusi industri keempat yang sedang digadang-gadang pemerintah. Presiden menyatakan, dalam persaingan industri 4.0, negara yang bisa cepat beradaptasi akan memenangkan kompetisi.
“Siapa yang akan memenangkan kompetisi dunia yang berubah cepat ini? Yang besar belum tentu kalahkan yang kecil. Yang berpengalaman belum tentu kalahkan yang baru. Tapi, yang cepat akan kalahkan yang lambat,” kata Jokowi dalam pidatonya di Puncak HUT Partai Golkar di Jakarta, Ahad (21/10).
Jokowi mengatakan, revolusi industri keempat 3.000 kali lebih cepat dari revolusi industri pertama. Dalam revolusi industri keempat, ada yang dinamakan dengan artificial intelligence, virtual reality, hingga big data. Semuanya berkaitan dengan percepatan penggunaan teknologi dalam kegiatan industrialisasi.
Saking cepatnya, Jokowi mengakui ketika para akademisi masih mempelajari satu hal, tiba-tiba muncul temuan-temuan baru yang lebih maju. Hal itu hampir terjadi di semua bidang. Dimulai dari sektor komunikasi hingga industri pengolahan. “Hampir semua dimensi kehidupan ini akan mengubah lanskap ekonomi, lanskap sosial budaya, termasuk mengubah situasi politik dari daerah, nasional, maupun dunia,” katanya.
Jokowi meminta kepada seluruh pihak yang terlibat dalam revolusi industri agar tetap berhati-hati. Khususnya dalam memberikan respons cepat atas perubahan teknologi yang terus dinamis. Di satu sisi, ia menyadari dibutuhkan peran pemerintah yang juga cepat.
Sebab, tanpa adanya suatu kebijakan yang mendukung, maka pembangunan industri di negara tersebut juga tersendat. Kecepatan respons, kata Jokowi, adalah hal utama dalam menghadapi revolusi industri. “Cepat rumuskan kebijakan di saat dunia berubah, cepat atur strategi politik, dan cepat menghadapi opini publik yang berubah. Kita akan ditinggal kalau hanya menonton,” katanya menjelaskan.