Senin 22 Oct 2018 14:52 WIB

Barat Minta Saudi Beberkan Fakta Pembunuhan Khashoggi

Saudi menegaskan Pangeran MBS tak terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Wartawan Jamal Khashoggi.
Foto: AP
Wartawan Jamal Khashoggi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Negara-negara Inggris, Prancis dan Jerman menekan Arab Saudi agar membeberkan fakta-fakta terkait kematian kolomnis Washington Post, Jamal Khashoggi. Hal itu menyusul sikap Turki yang berjanji mengungkapkan kebenaran atas kasus ini.

Pemerintah Barat saat ini masih ragu dan meremehkan cerita Saudi mengenai kematian Jurnalis Khashoggi. Dalam pernyataan bersama yang dirilis Ahad (21/10) waktu setempat, Inggris, Prancis dan Jerman menyerukan klarifikasi kematian Khashoggi.

"Tidak ada yang bisa membenarkan tuduhan ini, penjelasan Saudi tidak kredibel," ujar Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt.

Sebelum pernyataan bersama tersebut, para menteri dari Prancis, Jerman, Inggris dan Kanada juga mengkritik pernyataan versi Saudi yang berubah-ubah. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, negaranya tidak akan mengekspor senjata ke Saudi jika masih tak ada ketidakpastian.

"Kami mendesak klarifikasi menyeluruh. Kami masih ragu, mereka yang bertanggung jawab. Untuk ekspor senjata, hal itu tidak mungkin terjadi dalam situasi saat ini," ujar Mekel.

Baca juga, Sumber: Butuh Tujuh Menit untuk Bunuh Khashoggi.

Petinggi Brexit Inggris Dominic Rabb mengatakan pernyataan Saudi sangat tidak kredibel. Dia pun mendukung penyelidikan Turki sampai ke akarnya. "Pemerintah Inggris menanti untuk melihat orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian jurnalis Khashoggi," kata dia.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menuduh Saudi berbohong menyusul pernyataan berbeda-beda tentang kematian Khasoggi.  Senator AS Bob Corker dari Tennessee menuduh Putra Mahkota terlibat dalam kematian jurnalis yang tinggal di AS selama pengasingan itu.

Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengakui penjelasan Saudi merupakan langkah baik, meski belum jelas.  Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menambah tekanan terhadap Saudi dengan berjanji mengungkapkan fakta sebenarnya atas penyelidikan menyeluruh dari Turki terhadap pembunuhan Khashoggi.

Sebelumnya, surat kabar pemerintah Turki merilis informasi rinci 15 warga Saudi yang dikirim ke Istanbul untuk bertemu Khashoggi di konsulat. "Kami mencari keadilan di negeri kami dan ini sebentar lagi akan terungkap. Tidak melalui langkah biasa tetapi dalam semua kebenaran yang transparan," ujar Erdogan.

Sejauh ini, pemerintah Saudi mengklaim bahwa Khashoggi awalnya mengalami perkelahian dengan orang-orang di konsulat. Kemudian pada pernyataan esoknya, Saudi mengaku Khashoggi dicekik.

Saudi juga menyatakan telah mengamankan 18 orang, termasuk lima pejabat di antaranya merupakan inteljen senior. Dalam penjelasan pada Ahad kemarin, Saudi mengatakan, awalnya Saudi berencana akan membawa Khashoggi dan membujuknya kembali ke Saudi dan membebaskannya jika dia menolak.

Namun, Saudi tidak memberikan secara rinci soal jasad Khashoggi. Putra mahkota pun dilaporkan media lokal Saudi, terkejut dan marah pada klaim Barat.

Kantor Berita Saudi melaporkan pada Ahad malam waktu setempat bahwa Raja Saudi Salman dan Putra Mahkota Muhammad bin Salman telah memanggil putra Khashoggi, Salah, untuk menyampaikan belasungkawa mereka.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir menegaskan, Putra Mahkota Mohammad bin Salman tidak ada sangkut pautnya dengan kasus kematian Khashoggi. Keberadaan jenazahnya pun, kata dia masih menjadi tanda tanya bagi Saudi sendiri.

"Ini merupakan operasi yang kejam. Mereka membuat kesalahan ketika mereka membunuh Khashoggi di konsulat dan mereka berusaha menutupi itu," ujar Jubeir dalam wawancara eksklusif dengan Fox News yang dilansir Guardian, Senin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement