Senin 22 Oct 2018 19:53 WIB

Ini Kata Politikus PKS Soal Pembakaran Bendera Tauhid

Bendera bertuliskan 'La ilaha illa Allah' tidak boleh dipersempit pada bendera HTI.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis  (11/10).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Insiden pembakaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid di Hari Santri menjadi polemik di masyarakat. Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid menyesalkan pembakaran tersebut dan sekaligus mengajak semua pihak menjadikannya pelajaran bersama.

"Saya berharap pihak yang terlibat pembakaran ini melakukan evaluasi ke dalam dan melakukan perbaikan agar tidak lagi terulang dan menjadi perpecahan di tengah umat Islam," kata dia kepada wartawan, Senin (22/10).

Baca Juga

Hidayat mengatakan semua pihak harus menghindari polemik yang bisa merugikan umat Islam. Ia pun berharap Hari Santri menjadi momentum bagi semua pihak, khususnya kalangan santri, untuk meneladani dan mengambil pelajaran dari perjuangan Laskar Hizbullah.

Ia mengatakan dari Laskar Hizbullah yang terdiri dari unsur Santri-Kiai, yang dibentuk Kiai Wahab Chasbullah telah mencetuskan semangat Resolusi Jihad. Peran santri saat itulah mengokohkan Indonesia yang merdeka dalam bentuk menjaga persatuan umat Islam demi melawan berbagai penjajahan asing.

"Seharusnya pada saat peringatan Hari Santri menampilkan santri yang berakhlaq mulia, menjaga persatuan umat dan bangsa, menunjukkan karya dan pengabdiannya pada negara," ujar Hidayat.

Sebab, menurut Hidayat, yang membuat semangat santri bergelora dalam resolusi jihad adalah melawan penjajahan didasari aqidah Islam berdasarkan kalimat 'La ilaha ill Allah' dan itu menjadi lambang dalam bendera laskar Hizbullah diatasnya bendera merah putih.

"Bendera laskar Hizbullah yang 'La ilaha illa Allah' di atasnya bendera merah putih itulah yang menjadi bendera mengobarkan semangat para santri dalam resolusi jihad melawan penjajah atau memepertahankan kemerdekaan," kata Hidayat.

Karena itu, Hidayat menilai justru menjadi aneh ketika santri saat ini membakar bendera bertuliskan 'La ilaha illa Allah' dengan alasan sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Apapun alasannya, menurut dia, lafal 'La ilaha illa Allah' tidak boleh dipersempit pada bendera HTI atau bukan.

Apalagi, kalau bendera HTI tentu ada tulisan label 'Hizbut Tahrir Indonesia’-nya. Sedangkan bendera hitam yang berlafal ‘La ilaha illa Allah' yang dibakar tidak ada label tulisan 'Hizbut Tahrir Indonesia’-nya.

Kepada umat Islam, ia berharap secara keseluruhan agar ormas dan elemen umat Islam saling mengingatkan secara arif dan bijaksana. Hidayat mengimbau semua pihak saling mengingatkan sebagai saudara seiman, sebangsa dan senegara. 

Ia juga mengajak semua pihak memahami bahwa posisi santri sebagai bibit akhlaq dan uswatun hasanah. Dengan demikian, semua pihak tidak mudah termakan provokasi dan permusuhan sesama umat Islam agar persatuan umat tetap terjaga. 

Selain itu, ia menyatakan, selayaknya tidak saling menegasikan, menghujat dan menjatuhkan. Akan tetapi, sebaliknya saling menguatkan dan melengkapi kekuatan persatuan umat Islam demi bangsa dan negara. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement