Senin 22 Oct 2018 20:40 WIB

Kerugian Sementara Bencana di Sulteng Capai Rp 13,82 Triliun

Kota Palu paling terdampak.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah anggota Tim SAR Korea Selatan berusaha mengevakuasi korban gempa bumi yang tertimbun reruntuhan gedung Restoran Dunia Baru di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Sejumlah anggota Tim SAR Korea Selatan berusaha mengevakuasi korban gempa bumi yang tertimbun reruntuhan gedung Restoran Dunia Baru di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis kerugian sementara dan kerusakan di Sulawesi Tengah (Sulteng) akibat bencana. Hingga Senin (22/10), jumlahnya mencapai Rp 13,82 triliun.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dampak bencana selalu berpengaruh terhadap pembangunan. Begitu juga bencana gempabumi, tsunami dan likuefaksi yang melanda empat daerah di Sulawesi Tengah yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong yang terdampak langsung oleh bencana.

Hingga Senin (22/10) pukul 07.00 WIB, kata dia, banyak bangunan dan infrastruktur yang hancur akibat bencana. Ia menyebutkan tercatat rumah penduduk yang rusak 68.451 unit, rumah ibadah 327, rumah sakit tiga unit, sekolah 265, jembatan tujuh, hotel dua, jalan 168 titik, bandara (terminal penumpang dan ATC), Mall Tatura, kantor stasiun TV, dan lainnya.

"Total kerugian Rp 13,82 triliun yang terdiri dari dampak ekonomi Rp 1,99 triliun dan dampak kerusakan sebesar Rp 11,83 triliun," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (22/10).

Sutopo menambahkan, data tersebut adalah data sementara, yang akan bertambah seiring dengan pendataan. Kemudian tim rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB terus melakukan pendataan dan melakukan kaji cepat untuk menghitung dampak bencana.

Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini meliputi lima sektor pembangunan yaitu kerugian dan kerusakan di sektor permukiman mencapai Rp 7,95 triliun, sektor infrastruktur Rp 701,8 miliar, sektor ekonomi produktif Rp 1,66 triliun, sektor  sosial Rp 3,13 triliun, dan lintas sektor mencapai Rp 378 miliar. Ia menjelaskan, dampak kerugian dan kerusakan di sektor permukiman adalah paling besar karena luas dan masifnya dampak bencana.

Hampir sepanjang pantai di Teluk Palu bangunan rata tanah dan rusak berat dan terjangan tsunami dengan ketinggian antara 2,2 hingga 11,3 meter dengan landaan terjauh mencapai hampir 0,5 km telah menghancurkan permukiman di sana. Begitu juga adanya amblesan dan pengangkatan permukiman di Balaroa. Likuefaksi yang menenggelamkan permukiman di Petobo, Jono Oge, dan Sibalaya telah menyebabkan ribuan rumah hilang.

Berdasarkan sebaran wilayah, maka kerugian dan kerusakan di Kota Palu mencapai Rp 7,63 triliun, Kabupaten Sigi Rp 4,29 trilyun, Donggala Rp 1,61 triliun dan Parigi Moutong mencapai Rp 393 miliar. Perhitungan kebutuhan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana belum dilakukan perhitungan.

Diperkirakan untuk membangun kembali daerah terdampak bencana nantinya pada saat periode rehabilitasi dan rekonstruksi akan memerlukan anggaran lebih dari Rp 10 triliun. Tentu ini bukan tugas yang mudah dan ringan, namun Pemerintah dan Pemda akan siap membangun kembali nantinya.

"Tentu membangun yang lebih baik dan aman sesuai prinsip build back better and safer," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement