Selasa 23 Oct 2018 17:08 WIB

Masalah Taiwan Perburuk Hubungan Cina dan AS

AS mengirim dua kapal perang melalui Selat Taiwan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Selat Taiwan
Foto: CNN
Selat Taiwan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Amerika Serikat (AS) mengirim dua kapal perang mereka melalui Selat Taiwan. Pengiriman kapal perang tersebut sebagai operasi kedua AS pada tahun ini di perairan tersebut. Langkah itu tentu akan meningkatkan ketegangan antara AS dengan Cina.

"Lawatan kapal perang AS melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS atas kebebasan dan keterbukaan Indo-Pasifik," kata juru bicara Pasific Fleet, Komandan Nate Christensen, Selasa (23/10).

Saat ini hubungan AS dengan Cina kian memburuk. Setelah sebelumnya konflik di sektor perdagangan melalui perang dagang yang dimulai pada awal tahun lalu. Kini ketegangan kedua negara tersebut merambah ke sektor militer.

Taiwan yang sedang dipimpin oleh politikus anti-Cina, Tsai Ing-wen, juga berkonflik dengan Cina. Pengiriman dua kapal perang itu menunjukkan dukungan AS atas kedaulatan Taiwan.

"Angkatan Laut AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun yang diperbolehkan oleh hukum internasional," kata Christensen.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan mereka memantau ketat operasi angkatan laut AS tersebut. Mereka juga mengatakan mampu menjaga keamanan diperairan dan wilayah udara mereka jika dibutuhkan.

Pemerintah Cina, yang menganggap Taiwan sebagai salah satu bagian dari dari mereka telah merespon operasi AS ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan prihatin dengan langkah AS tersebut.

"Isu Taiwan yang menyangkut kedaulatan dan wilayah Cina, menjadi hal yang paling penting, paling sensitif dalam isu hubungan Cina-AS," kata Hua.

Hua mengatakan Beijing meminta AS berhati-hati dan secara tepat dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di Taiwan. Sebelumnya pada bulan Juli lalu angkatan laut AS telah melakukan operasi yang sama. Operasi yang terakhir menunjukan angkatan laut AS sedang meningkatkan kecepatan dalam melalui selat tersebut.

Pemerintah AS tidak memiliki ikatan resmi dengan Taiwan. Tapi AS membantu Taiwan untuk mempertahankan diri mereka sendiri dengan menjual senjata kepada mereka. Pentagon melaporkan AS sudah menjual senjata ke Taiwan dengan nilai lebih dari 15 miliar dolar AS sejak tahun 2010.

Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe sudah bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis di Singapura. Dalam kesempatan itu Cina kembali meningkatkan tekanan mereka kepada AS untuk menghargai kedaulatan Cina di Taiwan.

Mattis mengatakan kepada Wei, AS belum mengubah sikap dan kebijakan mereka di Taiwan. Ia mengatakan AS sedang menyiapkan jalur baru di selat tersebut.

"Menteri Wei menaikan perhatiannya dengan kebijakan kami di Taiwan, Menteri Pertahanan Jim Mattis memastikan kepada Menteri Wei kami belum mengubah kebijakan kami atas Taiwan, kebijakan satu Cina," kata asisten Mattis, Randall Schriver.  

Hubungan Taiwan-Cina kian memburuk sejak Tsai Ing-wen terpilih sebagai presiden. Perempuan yang berasal dari Partai Progresif Demokrasi tersebut dilantik pada tahun 2016 lalu.

Sementara itu, Cina tidak pernah menggunakan kekuatan militer untuk meningkatkan pengaruh mereka di Taiwan. Beijing memperingatkan operasi militer AS di perairan Taiwan dapat membahayakan kedamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

AS telah membangun kedutaan besar mereka di Taiwan dan membuat Taiwan Travel Act, yang mendorong pejabat AS mengujungi pulau tersebut. Hal itu ditambah tawaran bantuan ini Cina melihat AS sebagai ancaman di Taiwan.

Pada ahli militer melihat ketidakseimbangan kekuatan antara Taiwan dan Cina dapat berubah pada beberapa thaun terakhir ini. Cina akan dengan mudah membanjiri Taiwan dengan pasukan mereka kecuali AS memberikan bantuan kepada Taiwan.

Cina juga memperingatkan Taiwan yang meningkatkan latihan militer mereka pada tahun ini. Hal itu termasuk menerbangkan pesawat pengebom dan beberapa pesawat tempur lainnya di Selat Taiwan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement