REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) sudah membedah 25 masjid di daerah terdampak bencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah. “25 yang akan kita aktifkan kembali,” kata Yadi Jentak, koordinator lapangan bedah masjid di Sulteng kepada Republika.co.id, Selasa (23/10).
Perkembangan hasil bedah tersebut sudah dilaporkan pada Ketua Umum DMI Jusuf Kalla (JK), Selasa (23/10). Dia mengatakan seluruh peralatan dan bantuan sudah difungsikan dan digunakan untuk membedah 25 masjid. Sayangnya, kebutuhan di lokasi terdampak masih banyak.
Karena itu, dia meminta arahan pada JK ihwal apakah program bedah masjid masih berlanjut atau tidak. Namun, berdasarkan arahan JK, program tersebut masih berlanjut. Saat ini, DMI masih menunggu bantuan donatur untuk melanjutkan program bedah masjid di Sulteng.
DMI menghidupkan kembali Majelis Taklim di Kamp Pengungsian Pasca Bencana Alam Sulteng.
Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan, terdapat 195 masjid yang rusak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 masjid mengalami rusak berat.
Yadi mengatakan, DMI tidak melakukan pembangunan masjid atau mushala. DMI hanya membedah dan mendirikan masjid semipermanen di lokasi terdampak. Dia menyontohkan, DMI memanfaatkan masjid yang masih memiliki material dengan menambah beberapa kebutuhan.
Untuk masjid darurat, dibangun dari tenda dan kerangka besi. Sementara masjid semipermanen, terbuat dari rangka baja ringan. Kemudian, DMI menambah sejumlah peralatan, seperti, pengeras suara, terpal dan alas buat lantai.
Yadi mengatakan DMI bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), TNI, Polri untuk menghidupkan masjid-masjid. Selain itu, DMI juga bekerja sama dengan donatur dalam mengaktifkan 25 masjid tersebut.
Terkait adanya bantuan pembangunan masjid dari Riyadh Bank, Yadi mengatakan anggaran itu akan digunaan membangun masjid permanen. Selain Riyadh Bank, beberapa pengusaha Saudi juga akan menyumbang pembangunan masjid sesuai kemampuan.
Anak-anak di kamp pengungsi tetap belajar mengaji dengan adanya masjid darurat yang dibangun oleh DMI.
Yadi menjelaskan DMI tidak akan mengubah atau mencari posisi baru untuk masjid. Sebab, DMI tidak ingin menjauhkan masjid dari umat Muslim. “Kalau kita ini, kita dekatkan dengan masyarakat masjidnya. Tidak menjauhkan masyarakat dari masjidnya,” ujar dia.
Dia berharap lebih banyak donatur atau pengusaha Muslim tergerak membantu membedah masjid terdampak bencana di Sulteng. Hal itu tidak lain bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan keagamaan Islam di sana, terutama shalat Jumat.
Yadi mengatakan DMI memfokuskan membedah masjid di luar Kota Palu. Alasannya, Palu adalah tempat stategis mendapat bantuan. “Yang kita kerjakan di pantai barat dekat pusat gempa, sama di Kabupaten Sigi yang pedalaman,” ujar dia.