REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penguatan kerja sama antara negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berpotensi meningkatkan ekspor Indonesia sebesar 10 persen dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini, nilai ekspor baru mencapai lima persen senilai 23 miliar dolar AS ke negara-negara OKI.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Rosan Perkasa Roeslani mengatakan negara-negara OKI perlu lebih kenal dengan Indonesia agar dapat meningkatkan kolaborasi. Maka, Indonesia optimistis menjadi tuan rumah Sidang Tahunan The Islamic Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (ICCIA) ke-27 di Ritz Carlton, Jakarta pada 22-23 Oktober 2018.
"Sidang ini diharapkan dapat meningkatkan awareness negara-negara OKI pada Indonesia sehingga bisa melihat potensi yang kita miliki dan akhirnya bisa meningkatkan kerja sama kita," kata Rosan, Selasa (23/10).
Acara yang juga sekaligus pertemuan tahunan komite finansial dan dialog bisnis ke-60 ICCIA ini diharapkan dapat meningkatkan peranan kolaborasi antarpemerintah dan antarpelaku bisnis untuk memajukan kemitraan ekonomi negara anggota ICCIA.
Rosan mengatakan hingga saat ini belum ada kerja sama yang akan ditandatangani. Namun, akan ada pertemuan lanjutan di Mesir pada Februari terkait follow up peluang kerja sama.
Wakil Presiden ICCIA, Ahmad Al Wakeel secara khusus menyampaikan rasa terima kasih kepada KADIN Indonesia yang telah mengajukan diri menjadi tuan rumah Board of Directors Meeting ICCIA ke-27. Ia berharap pertemuan ini akan menjadi awal dari koordinasi yang berkelanjutan pada beragam sektor. Mulai dari pembangunan infrastruktur negara hingga menciptakan peluang kerja bagi masyarakat melalui penyediaan peluang kerja baru.
Pertemuan ini, tambahnya, adalah kesempatan untuk meningkatkan kerja sama dan investasi. Sehingga harus dimanfaatkan oleh semua pihak agar membawa keuntungan nyata bagi para investor dari berbagai negara Islam.
Wakil Ketua KADIN untuk hubungan internasional, Shinta W Kamdani mengatakan peluang untuk kerja sama antar negara ICCIA sangat beragam. Indonesia bisa mengedepankan potensi terbesarnya untuk diajukan dalam upaya ekspor, mulai dari industri halal, infrastruktur, pariwisata, juga komoditas. Sektor komoditas menjadi paling potensial, seperti makanan, minuman. Ini karena makanan Indonesia sudah mayoritas halal sehingga mudah masuk negara-negara ICCIA.
"Negara-negara Muslim ini sangat tertarik untuk kerja sama ekspor makanan, minuman, juga kosmetik, semua hal yang sudah halal, sehingga kita akan dorong ini," kata dia.