REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kota Sukabumi akan menjadikan pelayanan kesehatan tradisional sebagai ikon daerah. Sebabnya, saat ini pengobatan tradisional dapat menjadi pilihan dalam menjaga kesehatan dan daya tarik wisatawan.
‘’Kota Sukabumi menjadi salah satu daerah yang mendorong dan memfasilitasi pelayanan kesehatan tradisional,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Ritaneny di sela-sela seminar kesehatan tradisional dengan tema mengenal pelayanan kesehatan tradisional sebagai mitra pelayanan kesehatan di Gedung Juang 45 Kota Sukabumi, Rabu (24/10).
Dukungan itu, kata dia, dibuktikan dengan adanya seksi khusus di lembaganya yang mengatur pelayanan kesehatan tradisional. Di Jawa Barat, hanya ada dua daerah yang dinas kesehatannya memiliki seksi tersebut yakni Bekasi dan Kota Sukabumi. Hal itu, sejalan dengan program Kementerian Kesehatan (Kemenkes), di mana pemerintah mendorong untuk pelayanan kesehatan tradisional atau back to nature misalnya dengan tanaman obat keluarga (Toga).
Ritaneny menerangkan, Kemenkes mengatur pelayanan kesehatan dalam bentuk sejumlah program, terutama mengenai penggunaan obat tradisional agar sesuai dengan dosis dan indikasi yang tepat.
‘’Di negara lain seperti Thailand, pelayanan kesehatan tradisional menjadi daya tarik kota,’’ kata Ritaneny. Bahkan pengobatan tradisional itu menjadi ikon suatu daerah.
Kota Sukabumi, kata Ritaneny, ke depan akan menjadikan pengobatan tradisional sebagai ikon daerah. Selama ini Sukabumi terkenal dengan makanan khas mochi sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan.
Sebenarnya, ungkap Ritaneny, Sukabumi pada waktu dahulu terkenal dengan sumber bahan obat tradisional seperti kunyit yang dipasok ke pabrik jamu. Saat ini hal tersebut mulai berkurang dan akan kembali dimunculkan. Selain untuk menjaga kesehatan terutama kekebalan atau daya tahan tubuh, makanan dan minuman tradisional dapat menjadi daya tarik wisatawan. Hal itu bisa terwujud bila obat tradisional dikemas dengan baik dan terjamin kualitasnya. Nantinya promosi obat tradisional dikerjasamakan dengan dinas pariwisata untuk menarik minat pengunjung.
Keberadaan pengobatan tradisional akan dikenalkan di puskesmas. Upaya ini diawali dengan pendataan potensi di wilayah puskesmas masing-masing.
‘’Namun yang terpenting pilihan obat tradisioal karena faktor pembiayaan kesehatan,’’ cetus Ritaneny. Hal itu agar tidak sampai warga tergantung kepada obat-obatan padahal bisa diatasi dengan makanan dan minuman sehat yang berasal dari alam.