REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Mobil Esemka direncanakan akan meluncur pada Oktober ini. Namun, peluncuran Esemka dipertanyakan sejumlah pihak karena dilakukan menjelang pemilihan presiden. Peluncuran itu dianggap sebagai upaya untuk meningkatan citra Presiden Joko Widodo yang merupakan pelopor pendorong mobil tersebut.
Presiden Joko Widodo pada Rabu (24/10) akhirnya buka-bukaan ihwal industri mobil ini. Ia mengatakan, pembuatan mobil Esemka dikerjakan oleh industri yang didirikan oleh swasta. "Itu urusan orang industri. Urusan saya, urusan apa dengan produksi Esemka. Tidak ada urusan pemerintah," kata Presiden Jokowi seusai menghadiri pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Banten, Rabu.
Menurut Presiden, pada saat menjabat sebagai wali kota Solo, Jawa Tengah, ia mendorong mobil kreasi anak-anak SMK yang dibantu oleh teknisi perusahaan besar.
Pemerintah terus mendorong produk lokal, seperti mobil Esemka, untuk maju dengan uji emisi dan uji laik jalan.
"Tugas pemerintah hanya itu. Setelah jadi, ya diserahkan kepada industri, mau diproduksi atau tidak produksi, ya bukan urusan kita lagi," kata Presiden menjelaskan.
Baca juga, Esemka Muncul Lagi, Ini Komentar Sandi.
Kendati demikian, jika produksi mobil Esemka jadi diresmikan, ia bersedia datang karena merupakan merek dan karya anak bangsa. Pabrik mobil Esemka didirikan di Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, dan memproduksi salah satu jenis kendaraan, yakni pick up.
Perkembangan pabrik mobil Esemka diketahui sudah mendapatkan tanda pendaftaran tipe dan sertifikat uji tipe dari Kementerian Perhubungan. Sebelumnya, Esemka gagal meluncur karena gagal di uji kelaikan.
Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo berharap Esemka yang berawal dari transfer teknologi buatan para siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Solo dapat menjadi mobil rakyat hingga nasional.
"Pembuatan mobil Esemka merupakan transfer teknologi. Ketika itu, para siswa yang lulus dari SMK dilatih untuk membuat sparepart (suku cadang) untuk mobil Esemka pada 2011," kata Hadi Rudyatmo, di Solo, Rabu.
Menurut Rudyatmo, dengan adanya transfer teknologi tersebut, tujuan utamanya memang ingin membuat mobil nasional atau mobil rakyat yang harganya bisa terjangkau. Meskipun, Esemka harganya lebih murah, kualitasnya harus terjamin sehingga tidak kalah dengan mobil merek Jepang yang banyak beredar di Indonesia.
Pada proses alih teknologi tersebut, kata Rudyatmo, Esemka dibuat ada empat jenis, yakni Esemka Rajawali, Bima, dan Pikap. Pihaknya yang mempunyai ingin ada mobil nasional itu, kemudian melakukan uji emisi, suspensi, dan kelaikan jalan.
"Kami pada 2011 pembuatan mobil Esemka ada spare part yang belum bisa memproduksi sendiri, antara lain, ring piston dan dinamo stater. Dinamo ini, duhulu sebenarnya bisa membuat, tetapi biayanya agak mahal," kata Rudyatmo.